Author: Fitri Kamila (Fb: Fitrii
Kamilaa Fk, Tw: @fitkam20)
Title: Ryeowook, nae sarang
Author: @Fifi_CloELF
Rating: T
Genre: Genderflip, romance, etc.
Pairing: YeWook
Note: Mian klo ada kesamaan
nama-tempat-cerita bla bla bla. Hajiman, ini FF 100% punyaku. Hehe,..
._._.
_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.
Mataku tetap tidak bisa mengantuk walau sudah
mencoba mengambil posisi senyaman mungkin, eoh mungkin karena malam ini, terasa
lain dari malam-malam sebelumnya. Waeyo? Karena, ada yeoja yang satu kamar (bahkan seranjang)
denganku. Dia sudah tertidur
tenang. Terdengar aneh?
Mau tau kenapa aku bisa seranjang dengan gadis 25 tahun yang belum terikat ikatan pernikahan? Eeits, jangan
ber-piktor dulu.
<<<Flashback
“aku bingung.” Ucap seorang yeoja disebelahku membuka percakapan.
Terlihat wajahnya agak pucat. Apa dia sakit?
“bingung kenapa?” aku mengeryitkan kening tanda bingung (juga)
“aku,..aku sedang bingung,” katanya lagi yang malah membuatku
semakin bingung.
“memangnya ada apa, hmm?” tanyaku sopan. Dia masih saja tertunduk
sambil memandangi rumput hijau dibawahnya. Seolah-olah aku ini hantu yang jika dia
menatapku, dia akan lari terbirit-birit.
“aku sangat bingung.” Dia masih saja mengucapkan kalimat membingungkan
itu. Intinya hanya satu. BINGUNG. Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya.
“ada masalah apa?” Hhheh, jika yeoja ini bukan sahabatku sudah
kutinggal dia sendirian di tepi danau ini! Sabar, itu bukanlah sifat yang baik.
“hanya sajaa....aku bingung.” Hatiku tak sabar. Apa gerangan
yang membuatnya kebingungan?
“iya aku tau kau bingung. Tapi kenapa? Ceritakan saja padaku.”
“hiiks,..hiks,..” dia menangis keras sambil menutup mulutnya
dengan punggung tangannya.
“eeh, apa aku salah bicara?”
Dia tidak juga menjawab pertanyaanku dan malah menangis semakin
keras.
“kenapa manangis?” tanpa sadar, tanganku tergerak untuk menghapus
air mata yang menghiasi pipi mulus itu.
“oppa, tidak perlu.” Dia menepis tanganku dan kembali melanjutkan
tangisannya.
“kau benar-benar membuatku bingung. Sebenarnya ada apa? Dan
berhentilah menangis!” ujarku tak sabar menunggu jawaban darinya.
Selang 30 menit kemudian, dia mulai berhenti menangis. Huuuft,
rasanya telingaku copot karena tangisanya.
“gwechannayo?” kataku mulai membuka percakapan. Lagi-lagi
dia tidak menjawab dan hanya memandang kosong ke danau di depannya.
“ada apa?” tanyaku untuk kesekian kalinya. *author lupaa*
“aah, aku tidak tau harus menceritakannya dari mana.” Jawabnya
sambil menggaruk pelan kepalanya sendiri yang kuyakin tidak gatal.
“ayolah, jangan membuatku bingung.” Rengek(?)ku padanya.
“oppa~” panggilnya lirih. Suaranya bergetar lagi. Ah tidak!!
Jangan menangis lagi. Segera saja kututup mulutnya dengan mendekap wajahnya ke pelukanku.
Ups, apa aku berlebihan?
“oppa~ apa yang kau lakukan?” dia mulai berontak. Tapi aku
malah memeluknya semakin erat.
“oppa~ hiks..” dia mulai menangis lagi. Aigooo~ belum pernah
aku membuatnya menangis.
Kenapa dia berubah sensitif?
“Wookie-ah, uljima.” Aku melepas pelukanku dan menatap matanya
teduh. “mian, jeongmal mianhae.” Aku membungkuk
sedikit padanya. Tapi dia ikut membungkuk disaat bersamaan. Hasilnya....
BLEETAK!!
“Ooouww, appo~” kata kami
hampir berbarengan sambil mengusap kepala masing-masing.
“ok, Wookie! katakan apa
yang sebenarnya terjadi?” sahutku yang masih mengusap kepala.
“oppa~” Eoh!! Lagi-lagi matanya
berkaca-kaca.
“oh ayolah... jangan menangis
lagi. Wajahmu jelek jika terus menangis. Aku tidak suka Wookie yang manis ini berubah
menjadi jelek hanya karena menangis.”
“ap, apa? Aku, aku manis?
Jangan bercanda! Aku sedang sedih!” katanya dengan mata membulat lucu. Dia juga
sempat memukul dadaku saat bilang ‘jangan bercanda.’
“hey, ototku bisa kempes
kalau kau memukul dadaku lagi!” sahutku asal-asalan. Mencoba mencairkan suasana
kaku ini.
Yeah! Sukses, dia tertawa
kecil. Huehehe, neomu daebak Yesung!
“tapi, memangnya kau punya
otot dada seperti Siwon?” selidiknya dengan wajah --> =_=
DUEEENG!!
“aish! Kau tidak percaya?
Lihat saja nih! Kecil begini aku punya otot besar!” aku menarik sedikit bajuku keatas.
Heh, aku malu tau!
“Ok, aku percaya kau punya
otot. Tapi bisakah kau tidak memperlihatkannya padaku?” katanya dengan kedua tangan
menutupi wajah. Aku bisa menjamin wajahnya sekarang seperti kepiting rebus yang
author benci *abaikan*
“iya. Aku ingin tanya satu
hal, boleh?” raut wajahku kubuat seserius mungkin.
“ten, tentu saja. Tanya apa?”
jawabnya tergagap-gagap. Iya! Wajahnya merah.
“kau masih waras kan?” tanyaku
innocent.
“oppa~ tentu saja! Aku masih
normal! Tidak sepertimu yang selalu bertingkah gila.”
“tapi, kenapa tadi menangis?”
lagi-lagi matanya berkaca-kaca. Oh tuhan! Aku penasaran. Tapi aku tidak mau melihatnya
menangis lagi. “Wookie, tenanglah.”
“oppa, bolehkah malam ini
aku menginap dirumahmu?”
“MWOO?! MENGINAP?! KAU KIRA
AKU INI APA? AKU BISA DIMAKAN EOMMA JIKA DIA TAU AKU TINGGAL DENGANMU!!” shoking?!
Kuharap dia hanya bercanda.
“kumohon. Aku tidak tau harus
tinggal dimana. Orang tuaku baru saja meninggal. Sementara mereka tidak punya saudara.
Kumohon~ izinkan aku tinggal bersama denganmu. Aku akan melakukan apa saja yang
kau suruh. Asal tidak aneh-aneh.” Air matanya turun lagi. Ya tuhaan~~
“apa tidak ada temanmu selain
aku?”
“selama ini aku home schooling.
No friends.” Ya, orang tuanya memang tidak membolehkan Wookie sekolah biasa. Entah
alasan apa yang membuatnya seperti itu. Hey, hey?! Tadi, ‘Orang tuaku baru saja
meninggal.’ Omona!! Wae?
“Wookie, kenapa orang tuamu
meninggal?”
“kecelakaan.” Jawabnya singkat.
“kapan? Kenapa baru sekarang
aku diberitau?”
“mianhae, aku juga baru mendengarnya
tadi pagi.”
“apa, mereka kecelakaan mobil?”
“bukan. Tapi kecelakaan pesawat
seminggu lalu. Aku heran, kenapa tidak masuk
berita.”
“Wookie-ya, sabarlah. Pasti
berat untukmu.”
>>>Flashback, off
Jam sudah menunjukkan angka
03.09, tapi kantuk tidak juga menghampiriku. Ayayay~~ ada apa denganku? Jantungku
berdebar-debar.
“Hhhhaaah~” aku menghela
napas panjang.
“eeengh..” sahut Wookie disebelahku.
*Hanya mengigau. Bukan menyahut.*
‘cantik’ gumamku dalam hati
seraya menjelajahi kepalanya dengan menggunakan tangan mungilku.
“KYAAA~!!!” Teriaknya tiba-tiba.
Refleks, aku melompat keluar kasur. “hmmm, nyam, nyaam.”
Aigoo~ bikin kaget saja.
Ternyata hanya mengigau. Aah sudahlah. Tidak ada gunanya aku mencoba tidur. Lagipula
sebentar lagi matahari terbit.
Aku masih mematung diam dengan
menopang kepalaku menggunakan tanganku sambil memandang tv yang sebenarnya kuacuhkan.
Sudah jam 6. Dan aku sama sekali tidak tidur.
“Yesung-ya! Neomu kyeopta!!
Huahahaha.” Terdengar suara Mazo khas yeoja memekakkan telingaku.
“ya! Wookie! Kau membuatku
terkejut.” Tiba-tiba yeoja itu sudah didepan wajahku dengan menyisakan kerak mata
di sudut matanya. *Wookie jorok #plak*
“mian, tapi wajahmu benar-benar
lucu. Seperti panda.” Katanya sambil terus tertawa. Entah apa yang merasukiku, aku
berjalan meninggalkannya sendirian di depan sofa bekasku duduk.
BRAAAK!! Aku menutup pintu
kamar keras-keras lalu menguncinya.
“mianhamnida, oppa. Apa aku
membuatmu marah?” katanya dari seberang pintu.
Ada apa denganku? Bagaimana
reaksiku nanti? Marahkah? Cemberut? Atau biasa saja? Arrrgh!! Aku mengacak-acak
rambutku frustasi.
“Yesung oppa. Aku benar-benar
minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu marah, sungguh.” Suaranya bergetar.
“oppa, aku minta maaf.”
Aku membuka pintu dan
mendapati Wookie sedang duduk di depan kamar dengan berlinangan air mata.
“uljima.” Jawabku kasar
kemudian menariknya ke dalam kamar. Di dalam, air mata itu semakin deras
membanjiri pipinya.
“oppa, maafkan aku.”
Katanya disela-sela tangisannya.
“kau mau tau kenapa aku
menarikmu ke sini?” tanyaku dingin. Dia menggeleng. Wajahnya ketakutan.
“karena, karena...”
“karena apa, oppa?”
Aku menghela napas
berat. Tenang. Jangan terburu-buru.
“ya, itu karena—“ kali
ini aku sengaja tidak melanjutkan kalimat. Aku langsung menarik Wookie dan
menghempaskannya ke kasur.
“Aargh, appo.” Dia
meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
“aigoooo, sakitkah? Mianhae..”
kataku lalu meraih pinggangnya untuk memijatnya.
“Aaaarrghh!! Appo!!”
teriaknya lalu melempar tanganku untuk menjauh.
Chu~
Aku mencium bibirnya.
“masih sakit?”
“oppa, ap-apa yang kau
lakukan?”
“apa diotakmu tidak ada
kata ‘mencium’? tadi aku menciummu, bodoh!”
“hey! Berhenti
memanggilku bodoh!”
“ok, mulai sekarang aku
akan memanggilmu ‘chagiya’, arraseo?”
“chagiya? Memangnya aku
yeojachingu-mu apa?!”
“2 detik yang lalu
belum. Tapi sekarang sudah.”
Chu~~
Aku menciumnya lagi.
Bahagia sekali~
“eits, tunggu dulu.”
Kata Ryeowook seraya menjauhkan bibirku dari bibirnya.
“apa lagi?”
“Hei author!! Udah
dong!! Aku sama Yesung mau lanjutin. Tutup FF-nya!”
“oh iya. Author nggak
mau nutup. Biar aku aja yang nutup. Annyeong reader^^ udah ya, kalian bobo gih.
YeWook mau terusin dulu. Pai pai!”
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar