Jumat, 05 Oktober 2012

[Oneshoot] Ryeowook, nae sarang


Author: Fitri Kamila (Fb: Fitrii Kamilaa Fk, Tw: @fitkam20)

Title: Ryeowook, nae sarang
Author: @Fifi_CloELF
Rating: T
Genre: Genderflip, romance, etc.
Pairing: YeWook
Note: Mian klo ada kesamaan nama-tempat-cerita bla bla bla. Hajiman, ini FF 100% punyaku. Hehe,..

._._. _._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.

Mataku tetap tidak bisa mengantuk walau sudah mencoba mengambil posisi senyaman mungkin, eoh mungkin karena malam ini, terasa lain dari malam-malam sebelumnya. Waeyo? Karena, ada yeoja yang satu kamar (bahkan seranjang) denganku. Dia sudah tertidur tenang. Terdengar aneh? Mau tau kenapa aku bisa seranjang dengan gadis 25 tahun yang belum terikat ikatan pernikahan? Eeits, jangan ber-piktor dulu.


<<<Flashback
“aku bingung.” Ucap seorang yeoja disebelahku membuka percakapan. Terlihat wajahnya agak pucat. Apa dia sakit?
“bingung kenapa?” aku mengeryitkan kening tanda bingung (juga)
“aku,..aku sedang bingung,” katanya lagi yang malah membuatku semakin bingung.
“memangnya ada apa, hmm?” tanyaku sopan. Dia masih saja tertunduk sambil memandangi rumput hijau dibawahnya. Seolah-olah aku ini hantu yang jika dia menatapku, dia akan lari terbirit-birit.
“aku sangat bingung.” Dia masih saja mengucapkan kalimat membingungkan itu. Intinya hanya satu. BINGUNG. Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya.
“ada masalah apa?” Hhheh, jika yeoja ini bukan sahabatku sudah kutinggal dia sendirian di tepi danau ini! Sabar, itu bukanlah sifat yang baik.
“hanya sajaa....aku bingung.” Hatiku tak sabar. Apa gerangan yang membuatnya kebingungan?
“iya aku tau kau bingung. Tapi kenapa? Ceritakan saja padaku.”
“hiiks,..hiks,..” dia menangis keras sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
“eeh, apa aku salah bicara?”
Dia tidak juga menjawab pertanyaanku dan malah menangis semakin keras.
“kenapa manangis?” tanpa sadar, tanganku tergerak untuk menghapus air mata yang menghiasi pipi mulus itu.
“oppa, tidak perlu.” Dia menepis tanganku dan kembali melanjutkan tangisannya.
“kau benar-benar membuatku bingung. Sebenarnya ada apa? Dan berhentilah menangis!” ujarku tak sabar menunggu jawaban darinya.

Selang 30 menit kemudian, dia mulai berhenti menangis. Huuuft, rasanya telingaku copot karena tangisanya.
“gwechannayo?” kataku mulai membuka percakapan. Lagi-lagi dia tidak menjawab dan hanya memandang kosong ke danau di depannya.
“ada apa?” tanyaku untuk kesekian kalinya. *author lupaa*
“aah, aku tidak tau harus menceritakannya dari mana.” Jawabnya sambil menggaruk pelan kepalanya sendiri yang kuyakin tidak gatal.
“ayolah, jangan membuatku bingung.” Rengek(?)ku padanya.
“oppa~” panggilnya lirih. Suaranya bergetar lagi. Ah tidak!! Jangan menangis lagi. Segera saja kututup mulutnya dengan mendekap wajahnya ke pelukanku.
Ups, apa aku berlebihan?
“oppa~ apa yang kau lakukan?” dia mulai berontak. Tapi aku malah memeluknya semakin erat.
“oppa~ hiks..” dia mulai menangis lagi. Aigooo~ belum pernah aku membuatnya menangis.
Kenapa dia berubah sensitif?
“Wookie-ah, uljima.” Aku melepas pelukanku dan menatap matanya teduh.  “mian, jeongmal mianhae.” Aku membungkuk sedikit padanya. Tapi dia ikut membungkuk disaat bersamaan. Hasilnya....
BLEETAK!!
“Ooouww, appo~” kata kami hampir berbarengan sambil mengusap kepala masing-masing.
“ok, Wookie! katakan apa yang sebenarnya terjadi?” sahutku yang masih mengusap kepala.
“oppa~” Eoh!! Lagi-lagi matanya berkaca-kaca.
“oh ayolah... jangan menangis lagi. Wajahmu jelek jika terus menangis. Aku tidak suka Wookie yang manis ini berubah menjadi jelek hanya karena menangis.”
“ap, apa? Aku, aku manis? Jangan bercanda! Aku sedang sedih!” katanya dengan mata membulat lucu. Dia juga sempat memukul dadaku saat bilang ‘jangan bercanda.’
“hey, ototku bisa kempes kalau kau memukul dadaku lagi!” sahutku asal-asalan. Mencoba mencairkan suasana kaku ini.
Yeah! Sukses, dia tertawa kecil. Huehehe, neomu daebak Yesung!
“tapi, memangnya kau punya otot dada seperti Siwon?” selidiknya dengan wajah --> =_=
DUEEENG!!
“aish! Kau tidak percaya? Lihat saja nih! Kecil begini aku punya otot besar!” aku menarik sedikit bajuku keatas. Heh, aku malu tau!
“Ok, aku percaya kau punya otot. Tapi bisakah kau tidak memperlihatkannya padaku?” katanya dengan kedua tangan menutupi wajah. Aku bisa menjamin wajahnya sekarang seperti kepiting rebus yang author benci *abaikan*
“iya. Aku ingin tanya satu hal, boleh?” raut wajahku kubuat seserius mungkin.
“ten, tentu saja. Tanya apa?” jawabnya tergagap-gagap. Iya! Wajahnya merah.
“kau masih waras kan?” tanyaku innocent.
“oppa~ tentu saja! Aku masih normal! Tidak sepertimu yang selalu bertingkah gila.”
“tapi, kenapa tadi menangis?” lagi-lagi matanya berkaca-kaca. Oh tuhan! Aku penasaran. Tapi aku tidak mau melihatnya menangis lagi. “Wookie, tenanglah.”
“oppa, bolehkah malam ini aku menginap dirumahmu?”
“MWOO?! MENGINAP?! KAU KIRA AKU INI APA? AKU BISA DIMAKAN EOMMA JIKA DIA TAU AKU TINGGAL DENGANMU!!” shoking?! Kuharap dia hanya bercanda.
“kumohon. Aku tidak tau harus tinggal dimana. Orang tuaku baru saja meninggal. Sementara mereka tidak punya saudara. Kumohon~ izinkan aku tinggal bersama denganmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau suruh. Asal tidak aneh-aneh.” Air matanya turun lagi. Ya tuhaan~~
“apa tidak ada temanmu selain aku?”
“selama ini aku home schooling. No friends.” Ya, orang tuanya memang tidak membolehkan Wookie sekolah biasa. Entah alasan apa yang membuatnya seperti itu. Hey, hey?! Tadi, ‘Orang tuaku baru saja meninggal.’ Omona!! Wae?
“Wookie, kenapa orang tuamu meninggal?”
“kecelakaan.” Jawabnya singkat.
“kapan? Kenapa baru sekarang aku diberitau?”
“mianhae, aku juga baru mendengarnya tadi pagi.”
“apa, mereka kecelakaan mobil?”
“bukan. Tapi kecelakaan pesawat seminggu lalu. Aku heran, kenapa tidak masuk  berita.”
“Wookie-ya, sabarlah. Pasti berat untukmu.”
>>>Flashback, off

Jam sudah menunjukkan angka 03.09, tapi kantuk tidak juga menghampiriku. Ayayay~~ ada apa denganku? Jantungku berdebar-debar.
“Hhhhaaah~” aku menghela napas panjang.
“eeengh..” sahut Wookie disebelahku. *Hanya mengigau. Bukan menyahut.*
‘cantik’ gumamku dalam hati seraya menjelajahi kepalanya dengan menggunakan tangan mungilku.
“KYAAA~!!!” Teriaknya tiba-tiba. Refleks, aku melompat keluar kasur. “hmmm, nyam, nyaam.”
Aigoo~ bikin kaget saja. Ternyata hanya mengigau. Aah sudahlah. Tidak ada gunanya aku mencoba tidur. Lagipula sebentar lagi matahari terbit.

Aku masih mematung diam dengan menopang kepalaku menggunakan tanganku sambil memandang tv yang sebenarnya kuacuhkan. Sudah jam 6. Dan aku sama sekali tidak tidur.
“Yesung-ya! Neomu kyeopta!! Huahahaha.” Terdengar suara Mazo khas yeoja memekakkan telingaku.
“ya! Wookie! Kau membuatku terkejut.” Tiba-tiba yeoja itu sudah didepan wajahku dengan menyisakan kerak mata di sudut matanya. *Wookie jorok #plak*
“mian, tapi wajahmu benar-benar lucu. Seperti panda.” Katanya sambil terus tertawa. Entah apa yang merasukiku, aku berjalan meninggalkannya sendirian di depan sofa bekasku duduk.
BRAAAK!! Aku menutup pintu kamar keras-keras lalu menguncinya.
“mianhamnida, oppa. Apa aku membuatmu marah?” katanya dari seberang pintu.
Ada apa denganku? Bagaimana reaksiku nanti? Marahkah? Cemberut? Atau biasa saja? Arrrgh!! Aku mengacak-acak rambutku frustasi.
“Yesung oppa. Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu marah, sungguh.” Suaranya bergetar. “oppa, aku minta maaf.”
Aku membuka pintu dan mendapati Wookie sedang duduk di depan kamar dengan berlinangan air mata.
“uljima.” Jawabku kasar kemudian menariknya ke dalam kamar. Di dalam, air mata itu semakin deras membanjiri pipinya.
“oppa, maafkan aku.” Katanya disela-sela tangisannya.
“kau mau tau kenapa aku menarikmu ke sini?” tanyaku dingin. Dia menggeleng. Wajahnya ketakutan.
“karena, karena...”
“karena apa, oppa?”
Aku menghela napas berat. Tenang. Jangan terburu-buru.
“ya, itu karena—“ kali ini aku sengaja tidak melanjutkan kalimat. Aku langsung menarik Wookie dan menghempaskannya ke kasur.
“Aargh, appo.” Dia meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya.
“aigoooo, sakitkah? Mianhae..” kataku lalu meraih pinggangnya untuk memijatnya.
“Aaaarrghh!! Appo!!” teriaknya lalu melempar tanganku untuk menjauh.
Chu~
Aku mencium bibirnya.
“masih sakit?”
“oppa, ap-apa yang kau lakukan?”
“apa diotakmu tidak ada kata ‘mencium’? tadi aku menciummu, bodoh!”
“hey! Berhenti memanggilku bodoh!”
“ok, mulai sekarang aku akan memanggilmu ‘chagiya’, arraseo?”
“chagiya? Memangnya aku yeojachingu-mu apa?!”
“2 detik yang lalu belum. Tapi sekarang sudah.”
Chu~~
Aku menciumnya lagi. Bahagia sekali~
“eits, tunggu dulu.” Kata Ryeowook seraya menjauhkan bibirku dari bibirnya.
“apa lagi?”
“Hei author!! Udah dong!! Aku sama Yesung mau lanjutin. Tutup FF-nya!”
“oh iya. Author nggak mau nutup. Biar aku aja yang nutup. Annyeong reader^^ udah ya, kalian bobo gih. YeWook mau terusin dulu. Pai pai!”

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar