Minggu, 07 Oktober 2012

[Oneshoot] Jebal, ireonna..


Title: Jebal, ireonna
Cast: YeWook couple
Author: @saras_diaan
Genre: Angst, genderswitch, tragedy.
Disclaimer: YeWook belongs to God, their parents, friends, and CloudSomnia!
Note: ini ff asli punya saya! Dan saya membuatnya karena sedang bingung mau nulis apa. So, seadanya ne Kalau suka, Kamsahamnida! Kalau enggak juga gak apa-apa. Baiklah, hanya satu pesan saya NO COPAS, NO BASHING! Okeee
Yuk, langsung aja!



=============================HAPPY READING=======================



Wookie’s pov

Aku memasuki sebuah ruangan. Ruangan yang penuh nuansa putih. Kudekati ranjang yang ada disana. Dimana sesosok namja terbaring. Aku duduk di kursi samping ranjang.

“oppa~” panggilku lirih. Kugenggam tangannya. Dingin. Wajahnya pucat, bibirnya membiru..

Sampai kapan dia akan tidur

......



Kim Jong Woon. Dia..suamiku. sudah hampir 2 bulan dia seperti ini. diam. Tanpa pergerakan sedikitpun.

Wookie’s pov end



Author’s pov

Sakit. Mungkin itu yang dirasakan Wookie. Sakit melihat nampyeonnya seperti ini. koma. Ya, karena sebuah kecelakaan.



Flashback

Seorang yeoja bertubuh mungil kini sedang berada di box telpon. Berkali-kali ia memencet nomor tujuan. Namun sepertinya tidak sambung.



BRAKK!



Dengan kesal, yeoja itu membanting gagang telpon dan keluar dari box telpon. Yeoja itu –Wookie- berjalan cepat. Wookie mendongakkan kepalanya saat merasakan butiran-butiran air jatuh ke kepalanya. “haah..gerimis!” pekiknya. Wookie langsung membuka tasnya. “duh, aku tidak bawa payung lagi! Bagaimana nih”



“Wookie!” panggil seseorang membuatnya menoleh. “Yesungie oppa” melihat siapa yang memanggilnya, Wookie berbalik dan berjalan cepat menghindari Yesung. Namja bermanik sabit itu mempercepat langkahnya mengikuti Wookie.

“jagiya, ayolah...”



Wookie berhenti.



“tidak kuhitung ini yang keberapa kalinya kau terlambat!” ujar Wookie tanpa menoleh. “baiklah, kuakui aku memang sering terlambat menjemputmu. Tapi sungguh, aku sudah berusaha tepat waktu. Mengertilah!”

“kau pikir aku akan percaya”



Yesung menarik tangan Wookie. “jebal..percayalah!”

“kau tau, oppa Aku ini istrimu! Aku ingin kau menjemputku sehari saja.”

“Wookie-ya! Kenapa kau tak bisa mengerti aku”

“aku hanya ingin diperhatikan olehmu! Karena aku ini.....”



Belum sempat Wookie meneruskan kalimatnya, Yesung menarik Wookie kedalam pelukannya. “maaf..aku bukan suami yang baik..”

“oppa..”

“maafkan aku, Wookie.”

“gwaenchanha, oppa.”



Yesung melepas pelukannya, menatap Wookie sekilas. “kita pulang. Kajja!” Yesung menarik tangan Wookie dan menggenggamnya erat.

Author’s pov end



Wookie’s pov

“kita pulang. Kajja!” Yesung oppa menarik tanganku dan menggenggamnya erat. Entah kenapa rasa marahku luntur begitu saja saat Yesung oppa memelukku tadi. Kenapa aku marah Karena selama ini dia jarang bersama denganku. kalau Yesung  oppa pulang, kadang aku sudah tidur. Jadi intinya, kami jarang bertemu. Ya, kusadari aku memang seperti anak kecil belakangan ini.



Itu karena aku butuh perhatian! Bayangkan saja, istri mana yang ingin diabaikan pada saat mengandung Ah, iya. Aku memang sedang hamil. Usianya baru 1 bulan. Aku belum memberitau Yesung oppa.



ZRAASSHH!!



Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Yesung oppa menarik  tanganku dan membawaku ke tempat berteduh. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Berniat mencari kehangatan. “uh, dingin!” keluhku. Yesung oppa menoleh. “kau kedinginan Ini. pakai jaketku.” Ujar Yesung oppa sambil memakaikan jaketnya. Aku tersenyum. “jagiya, kau mau minum kopi” tawarnya. Aku mengangguk. “ya sudah. kubelikan dulu, ne”



Yesung oppa pun pergi ke kedai kopi di seberang jalan. Aku hanya tersenyum menatapnya. Dia memang ahli mebuatku meleleh dalam sekejap. Yesung oppa menghentikan langkahnya di tengah jalan. Dia jongkok.  Ah, ngapain namja itu heh Ayolah, oppa.



Maldo andwae!



Kulihat sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi dari lawan arah. “OPPAAA!! JOSHIMHAE!!”



BRUUKK!!

Wookie’s pov end



Author’s pov

“OPPAAA!! JOSHIMHAE!!”  Wookie berteriak pada Yesung yang sedang jongkok –membetulkan sepatunya- di tengah jalan.



BRUKK!!



Benar saja. Tubuh Yesung terpental ke pinggir jalan. Sedangkan Wookie...dia terpaku. ‘oppa’ pikirnya. Wookie jatuh terduduk di trotoar. Kakinya lemas. Seakan tak mampu menopang berat tubuhnya lagi. ‘tidak! Tidak mungkin! oppa! Oppaaaa!!!’ jeritnya dalam hati. Airmatanya mengalir bebas dari pelupuk matanya.  “OPPAAAAAAAAAAAA!!! MALDO ANDWAE!!”



Yeoja beriris hazel itu berlari ke tempat Yesung terbujur kaku. Didekapnya tubuh berlumuran darah itu. “Oppa!! Ireonna!! Jebalyo, ireonna!! Oppa!! Hiks..hiks..” Wookie terisak. “oppa..ireonnajyo!! jebal..oppa! hiks..hiks..” Wookie masih terisak. Warga sekitar yang melihat langsung mencarikan bantuan.



At hospital...

Wookie duduk di ruang tunggu sambil berdoa. “Tuhan..selamatkan Yesungie oppa..kumohon..”



Tak lama, uisanim pun keluar. “uisanim, eottokhae Bagaimana keadaan Yesung oppa”

“nona, ia mengalami benturan keras di kepalanya. Mungkin untuk beberapa lama dia akan koma.” Tutur uisanim. Wookie hanya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya untuk menahan tangis. Shock. Itulah yang ia rasakan. Matanya berkaca-kaca. Seakan butiran-butiran bening itu siap meluncur dari matanya. “k-kamsahamnida..dokter..” ucap Wookie dengan suara bergetar. Dokter itu tersenyum pilu melihat yeoja ini. menepuk pundak Wookie membagi kekuatannya. Tatapan uisanim seakan berkata “sabarlah, nona.” Lalu uisanim itu pergi.

Flashback off



Tangan mungil Wookie masih setia menggenggam tangan Yesung yang dingin. Jangan lupakan sisa-sisa airmata di pipinya. Kedua sudut bibirnya tertarik dan membentuk sebuah lengkungan indah nan manis.... namun terlihat pilu. “oppa-ya. kau mau aku bernyanyi tidak” tanyanya namun tentu saja tak ada respon.



“baiklah. It Has to Be You, ne”



Wookie pun menyanyikan lagu It Has to Be You. Suara thenor indahnya menggema di ruangan itu. Wookie menutup matanya menghayati lagunya. Sesekali ia tersenyum pada Yesung yang masih memejamkan matanya.



Niga animyeon andwae..

Neo eobsi nan andwae..

Na ireoke hanu handareul tto illyeoneul

Na apado joha

Nae mam dachyeodo joha nan

Geurae nan neo hanaman saranghanikka



Airmata kembali membasahi pipi tirus Wookie. Lagu ini.. lagu yang pernah Yesung ciptakan untuknya. Rasa getir di hatinya saat ini.. membuatnya begitu sesak. “oppa~..bangunlah. buka matamu..katakan sesuatu padaku, oppa..”

“oppa-ya..”

“oppa, katakanlah saranghae! Katakan bahwa kau mencintaiku! Katakan bahwa kau merindukanku! Katakan itu semua, oppa! Kumohon! Bangunlah dan buka matamu! Ireonnajyo..hiks..hiks..” Wookie terisak sembari memukul-mukul dada Yesung.

 “apa kau tak peduli dengan janin di perutku! Hah Dia anak kita oppa! Bangunlah! Hiks..hiks..”



Tangisan Wookie terhenti karena ada pergerakan pada Yesung. Jari-jemarinya mulai bergerak perlahan. “o-oppa”

“oppa! Kau sadar”



Wookie bergegas menghubungi dokter. Namun tangannya ditahan oleh Yesung.



Wookie kembali duduk di samping ranjang Yesung dan menggenggam tangannya. “oppa..”

Tak lama..Yesung membuka matanya perlahan. Menoleh ke arah Wookie. Mulutnya seakan mengucapkan sesuatu, namun tidak jelas..

“Wook...ieh..” panggilnya lirih. “oppa, kau sadar” tanya Wookie tak percaya. Yesung mengangguk lemah. Wookie memeluk Yesung erat. “oppa, neomu neomu geuriwoyo..”

“na...do..” sahut Yesung dengan suaranya yang serak. “saranghae..” bisiknya pelan di telinga Wookie. “oppa~”

Yesung tersenyum. “oppa..” Wookie membawa tangan Yesung ke perutnya. “ige..little Yesungie..”

“uri..aegi” tanya Yesung. “tak mungkin aku panggil dia ‘Little Yesungie’ kalau bukan anak kita..” tutur Wookie tersenyum. Yesung pun tersenyum lebar. Menarik Wookie dalam pelukannya.

“Wookie-ya...nyanyikan sebuah lagu untukku, sayang..” pinta Yesung.

“baiklah.”



Wookie menyanyikan lagu It Has to Be You. Menghayati lagunya. tapi nyanyiannya terhenti kala ia merasakan pelukan  Yesung mengendur. “oppa Oppa”

Dilihatnya Yesung yang memejamkan matanya. “oppa Gwaenchanha Oppa” Wookie menepuk-nepuk pip Yesung pelan. Diperiksanya denut nadi Yesung. Tak ada respon. “tidak..tidak mungkin! tidak mungkiiinnn!!!” kembalilah airmata itu meluncur bebas dari pelupuk mata Wookie. “oppa, ireonna!! Jebal, ireonna!!”



Wookie kembali menghubungi uisanim. Setelah datang, uisanim memeriksa Yesung. Dan betapa terkejutnya Wookie saat uisanim menutup selimut yang dipakai Yesung sampai menutupi seluruh badannya.



“dokter, kenapa! Kenapa Yesung oppa”

“mianhamnida, nona.  Dia...”

“kenapa! Katakan padaku!”

“dia..sudah pergi...” ujar dokter lirih. “tidak. Tidak mungkin! TIDAAKK!! MALDO ANDWAE!!”



Wookie menangis histeris saat itu. Suster berusaha menenagkannya. “nona, sudahlah. Ini kenyataan, nona.” Ucap suster itu tabah.

“TIDAAAKK!! YESUNG OPPA!! TIDAK MUNGKIN!!”

“nona, tenanglah..” suster itu masih berusaha menenangkan Wookie. Sementar dua orang perawat lainnya masuk dan memindahkan Yesung ke.. ruang mayat. Wookie segera menahan kedua perawat itu. “jangan! Kumohon!!”



Dibukanya selimut yang menutupi seluruh tubuh Yesung. Dibelainya pipi Yesung yang pucat. “oppa..andwae! ireonna, oppa!! Hiks...hiks..” Wookie terisak.



Akhirnya kedua perawat itu memindahkan Yesung ke kamar mayat. Wookie hanya bisa pasrah dan menangis.



5 years later...

Seorang yeoja cantik mengenakan dress putih dan seorang namja kecil di sampingnya, berjongkok di dekat sebuah pusara. Wookie dan Kim Sung Wook –anak Wookie dan Yesung- mereka berdua berdoa dan setelah itu menaruh sebucket mawar putih. “ibu, apakah ini ayah” tanya Sung Wook dengan polosnya. “ne, jagiya.”

“kenapa ayah pergi”

“ayahmu....”



Drrt...

Drrt..



“Sung Wook, sebentar ya ibuu angkat telpon dulu.” Izin Wookie. “ibu, aku ikut!” rengek Sung Wook. Wookie mengangguk mengizinkan. Mereka berdua keluar dari kompleks makam.



“yeoboseyo”

“jagiya..”



PLUK!



Ponsel Wookie jatuh begitu saja. Airmatanya jatuh. Suara itu..

“ibu” tanya Sung Wook yang melihat ibunya jatuh terduduk. “ibu Ibu kenapa Ibu”

Wookie tak mempedulikan anaknya. Sakit. Kenapa..suara itu datang lagi Waeyo

“jagiya...”

Wookie tercekat. Seseorang..ah, bukan. Sepertinya hanya angin. Bisikan di telinga Wookie membuat yeoja itu menoleh sekitar. “siapa disana”

“ibu” Sung Wook kebingungan melihat ibunya. “nuguseyo!”

“ibu...kau bicara pada siapa”

“diam! Hei, siapa disana Nuguseyo!” bentaknya.



Wookie mengalihkan pandangannya ke sebrang jalan. ‘mungkin aku berhalusinasi..’ pikirnya. Tapi...

Matanya seakan ingin copot saja saat melihat seseorang di sebrang jalan sana tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Orang itu...

“Yesungie oppa..” gumam Wookie. “ibu Kau kenapa”

Wookie tetap mengacuhkan Sung Wook. Hei, lihatlah orang itu! Memang benar..Yesung. ‘tidak mungkin.’ pikir Wookie. Dan ‘Yesung’ di sebrang jalan sana mengulurkan tangannya. “oppa...”

‘kemarilah, jagiya..’ lagi-lagi bisikan itu. “oppa!” Wookie nekat berlari ke sebrang jalan. Padahal, di jalan raya begitu banyak mobil berlalu-lalang. “ibu!” cegah Sung Wook namun tidak dipedulikan. Dan...



BRUKK!!



“IBUU..!!!” jerit Sung Wook saat tubuh ibunya terpental ke pinggir jalan. Namja kecil itu berlari menghampiri tubuh Wookie yang tergolek dan bersimbah darah. “ibuu..hiks..ibu..bangun, ibu..” isaknya. Wookie membuka matanya perlahan...menatap anak semata wayangnya. “ul..jima..Sung..Wookie-ya..”

“ibu..jangan pergi..bu. aku..hiks..sayang ibu..”

“Sung..Wook. ibu..harus..pergi..”

“ibu jangan bilang begitu..hiks. ibu..ibu! Ibu! Ibuu!!” tangisannya makin keras saat Wookie menutup  matanya damai. Apa ia sudah mati Maybe Yang jelas, kini Sung Wook  hanya sendiri..



Ayah dan ibu.. sosok yang masih ia butuhkan.. meninggalkan bocah kecil itu sendiri. He’s alone right now.

                                                   _END_

Sabtu, 06 Oktober 2012

[Oneshoot] I'm Sorry


Tittle: I’m Sorry
Author: @Fifi_CloELF
Type:: Oneshoot
Cast: Kim Jongwoon ( Kim Yesung//namja//Wookie’s brother), Park Hyo Hyun (Hyo Hyun//yeoja// Yesung’s friend)
Support cast: Kim Ryeowook (Wookie//namja// Yesung’s brother)
Genre: mollaseo? Reader tentukan sendiri...
Note: semuanya Yesung POV, hehe.. buat reader, tolong tinggalkan jejak kalian ya, gomawo^^
~Happy Reading~
=============

Akhirnya, setelah kuliah seharian, sampai juga di gang rumahku yang berada tidak jauh dari sungai Han. Dari kejauhan, aku melihat sosok gadis yang sedang duduk disebuah bangku kayu yang panjang sambil menggosokan kedua telapak tangannya. Gumpalan asap keluar dari mulutnya seiring nafas yang dihembuskannya. Terang saja, dia menunggu ditengah rintik salju yang perlahan tapi pasti mulai menyelimuti kota Seoul. Kupercepat langkahku menuju rumah, berharap gadis itu tidak melihatku.
“Yesung!” aku berlari semakin cepat, semakin keras juga gadis itu meneriakiku.
“KIM YESUNG!!” menyerah. Kali ini aku cukup berbaik hati padanya.
“untuk apa kau kemari?” tanyaku dingin. Sebenarnya aku tau, pasti dia ingin minta maaf atas kejadian yang merenggut nyawa adikku dua tahun lalu.
“jebal, terimalah permohonan maafku. Waktu itu aku benar-benar tidak sengaja.” Inilah kegiatan ‘rutinnya’ setiap aku pulang kuliah. Menemuiku untuk meminta maaf.
Aku meninggalkannya sendiri dan berjalan masuk kerumah. Kukunci pintu dan menghempaskan tubuhku ke sofa depan tv.
“Yesuuung~~..hiks..” gadis itu terus menangis memanggil namaku dari luar.
Tidak! Tidak lagi. Aku tidak mau memaafkannya. Tidak mau dan tidak akan pernah. Sekarang aku hidup sebatang kara, tanpa ada orang yang menemaniku dirumah yang sunyi ini. Sungguh sakit hati ini, seluruh orang-orang terdekatku telah pergi, selamanya. Dan takkan pernah kembali walaupun aku menangis bertahun-tahun mengharapkan mereka semua kembali padaku.

Keesokan harinya..
Aku bersiap-siap pergi ke kampus. Tinggal pakai sepatu, sepatu bulu domba. Ya, musim dingin. Musim yang sangat tidak kusukai karena terlalu dingin dan tidak menyenangkan. Huufft, bahkan aku harus memakai 2 jaket, itu membuatku tidak bebas bergerak.
Saat membuka pintu dan  menapakkan kakiku keluar ambang batas pintu, aku merasakan menginjak jaket tebal. Aku menundukkan kepala dan—
“OMONA!!!” te-ternyata dia, Hyo Hyun gadis yang semalam meminta maaf padaku.
“dingin.” Jawabnya lirih. Lalu aku membawanya masuk kedalam rumah.
“Hey apa kau sudah gila?! Apa semalaman kau berada diluar sana?!”
“ne. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum mendapat maaf darimu.”
“Huh!”  aku pergi meninggalkannya. Yap, meninggalkannya sendirian dirumahku.
APA ITU MASUK AKAL?! Seorang namja membawa masuk yeoja lemah dan membiarkannya begitu saja?? Tanpa sadar, ada sepasang tangan melingkar di dadaku. Dingin sekali tangan ini.
“maafkan aku.” Bisiknya lirih. Suaranya lemas sekali.
Aku menyentuh tangannya dan.......
“SUDAH BERAPA KALI KUBILANG?! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MAU MEMAAFKANMU!!”

::::Flashback, 2 years ago:::::
Pagi yang cerah. Hari ini ada kelas musik! Yay, pelajaran kesukaanku. Aku segera bangun dan siap-siap ke sekolah. Dimana buku milikku? Hilang!
“Wookie?! Dimana kau sembunyikan buku lagu-ku?” aku mengguncag tubuh adikku yang masih tertidur pulas dalam posisi telentang (?).
“hmm?” dia bangun sambil mengucek-ucek matanya.
“buku lagu punyaku mana?”
“ha? Buku lagu?” dia diam sejenak, dan berteriak “YA TUHAN!!”
“ada apa?”
“mianhae, Yesung-hyungnim. Kemarin aku pinjam.” Jawabnya seraya mengerahkan senyum indahnya.
“lalu, mana sekarang? Aku mau berangkat!”
“hehe, ada di rumah yeojachingu-ku.”
“AMBIIIL!! Aku bisa dimakan songsaengnim jika buku itu tidak kubawa.” dia mengambil jaket di kursi sebelah kasurnya dan berlari kencang meninggalkan kamar.
“aargh!! Kacau!!” aku mengacak rambutku frustasi. Bagaimana bisa, dia mengambil buku penting itu dari kamarku. Padahal, ‘safety’ dikamarku sangat rapat.
1 jam kemudian..
Anak pendek itu belum juga datang. Dan aku sedari tadi hanya duduk di kasur empuknya.
Ponselku berdering, melantunkan lagu kesukaan author(?) yang berjudul ‘Walkin’. Layar ponsel yang berkedip-kedip itu menampilkan sebuah nama. ‘My small brother’.  Segera saja kusentuh layar smart phone itu, lalu menempelkannya ditelinga kananku.
“Yeoboseo, Wookie!! Cepat.”
“....”
“n-ne. Mwoya?”
“....”
“MWO??!”
“....”
  Kututup telepon itu, dan segera menghambur keluar kamar. Menyambar kunci mobil. Dengan nafas yang memburu, aku melangkah menuju tempat parkir. Tetangga menatapku aneh. Tentu saja, aku berlari dengan penampilanku yang sudah terbalut seragam sekolah tanpa membawa tas dan masih mengenakan sandal rumah.
Kutancap gas dalam-dalam, membelah keramaian kota Seoul. Sebuah gedung bernama ‘Seoul hospital’ tampak dari kejauhan. Kuarahkan terus kendaraan beroda empatku menuju gedung itu. Saat sampai, segera kuinjak rem dalam-dalam, keluar dari mobil dan melesat kedalam, tak peduli dengan orang-orang yang meneriakiku karena aku memarkirkan mobilku tepat didepan pintu masuk.
“Noona, dimana pasien bernama Kim Ryeowook?!” aku bertanya dengan mata melotot sampai-sampai resepsionis itu ketakutan melihatku.
“Aah... di-dia di lantai 2 nomor 13.” Aku berlari sekuat tenaga menaiki tangga. Mencari-cari kamar nomor 13. Ketemu.
“Hyo Hyun!!” aku berteriak terkejut melihat orang yang melihat menabrak adikku ternyata adalah yeoja yang selama ini kusukai. Wajahnya pucat, tangannya gemetar, hidungnya merah, pipinya basah.
“Yesung~~.” Dia menagis. Sebelumnya aku ingin meninju orang ini, tapi, tidak jadi. Malah, aku ikut-ikutan menangis.
“Hyo Hyun, ceritakan padaku semuanya.”
“tadi..saat lampu merah...hiks...di persimpangan jalan, hiks...dia berlari menyebrangi jalan. Lalu, tanpa sengaja, aku menabraknya...hiks...mianhae, jeongmal mianhae.”
 “KARA!! AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAHMU LAGI!!”
“maafkaan aku, aku benar-benar tidak sengaja. Mianhae.”
“JANGAN BICARA LAGI!! CEPAT PERGI DARI SINI!!”
Gadis itu pergi, pergi sambil menangis. Dia meninggalkan sebuah buku tulis berwarna merah cerah. Ini. Ini buku yang kucari.
Beberapa menit kemudian, keluarlah seorang dokter berjas putih dari kamar nomor 13.
“apa kau orang tua dari pria bernama Kim Ryeowook?”
“aku kakaknya.”
“Dimana mereka?”
“mereka tidak datang kemari. Hanya aku.”
“sabar.”
“apa maksudmu?!”
“adikmu,..”
“apa yang terjadi pada adikku? Katakan!!”
“adikmu, tidak selamat. Aku sudah berusaha semampuku. Tapi tetap saja, dia tidak tertolong.”
“ANI!! MALDO ANDWAE!! KATAKAN PADAKU, KAU BOHONG KAN?!!!”
“tidak.”
Tidak, tidak mungkin. Kedua orang tuaku sudah terlebih dulu meninggalkanku. Sekarang, adik satu-satunya, sudah pergi selamanya. WOOKIEEEEE!!!!!!
::::Flashback, off::::

Aku sudah tidak tahan. Terpaksa kulepaskan air mata yang sedari tadi kutahan. Yap, lebih tepatnya, aku menangis dihadapan seorang yeoja untuk yang kedua kalinya.
“jebal, maafkan aku. Aku tidak bisa terus-terusan seperti ini.” Dia mulai menangis juga.
“apa maksudmu?”
“kau juga tau, dua tahun belakangan ini, aku selalu menunggumu di depan rumahmu. Tidak peduli cuaca sedang terik atau bersalju, aku terus meminta maaf padamu. Karena itu semua, aku jadi sering sakit- “ tiba-tiba pelukannya lepas dan dia tidak melanjutkan kalimatnya.
 “hey, ireona.” Kutepuk-tepuk pipinya beberapa kali. Dia tetap tak mau bangun. Akhirnya, kubawa dia dan membaringkannya di kasurku dengan air mata yang terus mengalir dari entah dari mana datangnya.
neomu yeppeun.” Tanpa sadar, lidahku berbicara tanpa seizin otakku.
Terpaksa aku tidak berangkat kuliah dan ‘menjaganya’ sepanjang hari. Sepanjang hari? Hey!! Lama sekali orang ini pingsan?! Apa dia mati?
Wajahnya agak pucat. Kusentuh lehernya, TIDAK ADA!! AKU TIDAK MENEMUKAN DENYUT NADINYA!!! Untuk sekali lagi, aku pergi ke rumah sakit dengan terburu-buru sama seperti 2 tahun lalu.

:::Skip Time:::
Mana mungkin!! Itu tidak mungkin terjadi! Jika dia benar-benar meninggal, apa yang harus aku lakukan? Apa hanya gara-gara dia selalu menugguku berjam-jam dia bisa meninggal?  Maldo andwae.
Itu sama sekali tidak rasional. Tidak masuk akal. Tapi, tapi bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Tidak, Yesung. Pikirkanlah hal menyenangkan. Tidak bisa! Semua kenanganku dipenuhi kenangan pahit. Tidak ada yang menyenangkan.
“apa kau keluarganya?” suara dokter ini membuyarkan lamuananku.
“ah, bukan. Aku bukan keluarganya, tapi aku....gleek......aku pacarnya.”
“dia selamat, tapi tubuhnya sangat lemah. Kusarankan, sering-seringlah memeluknya, agar tubuhnya hangat.”
APA?! Apa aku tidak salah dengar? ‘sering-seringlah memeluknya’.
“apa, tidak ada cara lain?”
“yaah, itu cara terbaik. Kau juga bisa mengganti pakaiannya dengan jaket berlapis-lapis. Tapi itu memakan waktu lebih lama untuk membuatnya pulih seperti semula.”
Dokter ini mesum sekali?! Kenapa mesti menggunakan kata ‘mengganti’? aku bukan suaminya!! Yah, setidaknya DULU aku pernah menyukainya. Tapi, sekarang tidak lagi sejak dia menabrak Wookie.
“ya sudah. Boleh aku masuk?”
iya, tentu saja. Mianhae, aku punya pekerjaan lain. Sampai jumpa.”

Beberapa hari kemudian...
“Yesung-ya. Maafkan aku.” Sahut Hyo Hyun pelan.
“YA!! Kau telah membuatku kesusahan. Pakai sakit segala!! Kau kira aku ini ‘babysitter’ pribadimu?! Hah?!” bentakku dingin.
“mianhae, jika sejak awal kau memaafkan aku, tidak akan terjadi hal seperti ini.”
Benar juga ya? Tapi, aku tetap tidak bisa memaafkannya sampai kapanpun. Aku sudah berjanji pada Wookie jika ada yang berani mengganggunya dan APALAGI, sampai membuatnya meninggal aku akan membuatnya menyesal seumur hidup.
“jebal, jika kau tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi, maafkan aku.”
Hah? Dia ini sedang mengancamku atau meminta belas kasihan?
shireo.”
“kalau tidak, aku akan terus datang dan meminta maaf setiap hari di depan rumah..”
“KALAU KAU MELAKUKANNYA LAGI DAN JATUH PINGSAN, AKU AKAN MEMBIARKANMU MATI KELELAHAN!!” aku meninggalkannya seorang diri di kamar bearoma obat ini.
“Yesuuung~!” panggilnya lirih. Langkahku terhenti sejenak. “aku sama sepertimu.”
“apa maksudmu sama sepertiku?”
“sejak aku lahir, kedua orang tuaku menghilang entah kemana. Kakakku  juga sudah meninggal karena ditabrak seseorang 5 tahun yang lalu. Selama 1 tahun lebih, orang itu terus-terusan meminta maaf padaku...”
“JADI KAU MENGIKUTI JEJAKNYA UNTUK MEMBUAT HIDUPKU SEMAKIN TIDAK TENANG?!”
“bukan, dengarkan aku dulu. Sampai pada akhirnya, orang itu meninggal dunia karena aku yang tidak memaafkannya. Dan sekarang, aku mengalami hal yang sama seperti dia...hiks.”
Aku berbalik badan dan menatap matanya dalam-dalam. Benar. Perkataannya benar. Tanpa ‘bumbu’ kebohongan sedikitpun. Dia mengatakan itu dengan tulus.
“kenapa...hiks...kenapa kau menatapku seperti itu?”  wajahnya merona. Apa dia malu?
“apa itu benar?”
“ya. Kebenaran yang menyedihkan.”
“sekarang, aku bisa memaafkanmu.”
“bi, bisakah kau mengulanginya sekali lagi?”
“aku bisa mengerti. Dan aku mau memaafkanmu.”
“kamsahamnida.” Kami berdua menangis haru. Tangisan lega. Detik selanjutnya, aku memeluk tubuh mungilnya dengan sangat erat.
“cheonma..” bisikku disela-sela tangisan kami.
Kalian tau, kenapa aku memaafakan yeoja brengsek ini? Yah, karena aku hanya tidak mau kehilangan untuk yang ketiga kalinya. Orang tuaku, Wookie. Cukup. Hanya itu! setidaknya hanya dia yang bisa membuat hari-hariku dipenuhi perasaan campur aduk. Jika dia tidak ada, mungkin aku sudah menyusul Wookie ke alam sana.

Wookie, aku tidak bisa menepati janjiku untuk tidak memaafkan wanita ini. Mianhae,..

-End-
mian, mianhae. jeongmal. plotnya ngasal. makanya jelek begini. mianhae, mianhae sekali lagi. Aku emg gk pandai nulis FF. *bow*

[Oneshoot] You're beautiful

Title: You’re Beautiful
Author: @saras_diaan
Cast: YeWook
          And other cast..
Genre: romance
Category: oneshoot
Summary: “kau tau? kau tetap cantik di mataku. Meski mereka bilang kau jelek, bagiku kau adalah yeoja tercantik di  dunia.”

                                   ************************************

Ejek-ejekan mungkin sudah biasa didengar oleh yeoja bertubuh mungil yang dikenal dengan sebutan “chuhan yeoja”. Setiap orang-orang yang menyapanya dengan sebutan itu, ia hanya tersenyum. Tapi siapa sangka, jika dibalik senyumnya ternyata menyimpan sakit di hatinya.
“hei, jelek!” panggil seorang namja pada yeoja itu. Ia menoleh. “ya?”
“bodoh! Haha! Orang jelek memang bodoh!” ejek namja itu. Yeoja itu hanya tersenyum manis. Meski balasan  dari senyuman manisnya adalah senyuman sinis. “sabar ya, Wookie?”
“hmm. Gwenchannayo, Minnie.” Ucap Wookie. Sahabatnya, Minnie hanya menggeleng heran melihat sahabatnya yang begitu ramah pada orang-orang yang membencinya.

Minnie dan Wookie berjalan di koridor sekolah. Para namja yang berada di sekitar situ bersiul-siul genit pada Sungmin. “suit..suit..hei, manis.” Goda seorang namja.
“Yak! Cho Kyuhyun! Bisakah berhenti menggodaiku!?” Minnie kesal. “Ming, harusnya kau berteman dengan Jessica. Bukan dia!” ujar seorang namja yang diketahui bernama Donghae menunjuk ke arah Wookie. Ya, Jessica adalah yeoja paling cantik di SM Senior High School. Kecantikannya mampu menyihir namja manapun yang melihatnya. Maklum, photo model.

Minnie juga termasuk yeoja tercantik ketiga di sekolah setelah Jessica dan Yoona. Tapi Minnie enggan bergaul dengan mereka. Menurutnya, untuk apa bergaul dengan Gossip Girl macam mereka? Lebih baik yeoja polos macam Wookie.

“Ming, aku ke kelas dulu.” Izin Wookie pada Minnie. “ne.” Jawab Minnie ramah. Minnie menatap tajam Donghae dan Kyuhyun. “awas kalian!” ancam Minnie dan berlalu pergi.
“huh! Kenapa dia? Marah-marah.”
“tau tuh! Gaje banget jadi yeoja.”
“heh! Berisik!” bentak seorang namja  yang sedang asyik mendengarkan musik dari earphone-nya. “Ya! Kim Yesung! Kalau tidak mau berisik pergi sana!” ucap Kyuhyun.

PLETAK!!

Sebuah jitakan mendarat mulus di jidat Kyuhyun. “aku lebih tua darimu! Panggil aku hyung!”
“ye, hyung!”

[Wookie’s POV]
   Aku masuk ke kelas dan duduk di bangkuku. Menundukkan kepalaku dalam. Kenapa aku selalu menjadi bahan ejekan disini? Kenapa? Apa karena aku jelek? Tuhan..kenapa kau harus menciptakan yeoja jelek sepertiku? Kenapa? Airmataku jatuh begitu saja. Mengingat umpatan-umpatan mereka, ejekan-ejekan mereka, hinaan mereka padaku. Ya, aku memang jelek. Jelek sekali.

Jessica. Yoona. Kenapa aku tidak seperti mereka? Kenapa mereka begitu sempurna? Tapi aku? Aku seperti angsa buruk  rupa di sekolah ini. ah, tak baik aku menangis di kelas.
*Wookie POV end*

[author’s POV]
   Tak jauh dari kelas Wookie, sepasang mata mengamati Wookie. Saat yeoja mungil itu terisak, sampai dia pergi ke tempat favoritnya –taman belakang sekolah. Pemilik mata itu mengikuti Wookie.
*author’s POV end*

[Yesung’s POV]
  Aku mengikuti seorang yeoja yang selama ini aku sukai. Yeoja mungil yang selalu ingin aku dekati. Ya, Kim Ryeowook! Aku menyukainya. Hingga langkahku terhenti di taman belakang sekolah, tempat favoritnya. Aku mengamatinya dari balik pohon besar di sekitar taman. Kulihar dia duduk disalah satu kursi taman. Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sepertinya dia menangis.
Aku berjalan mengendap-ngendap ke arahnya. Pelan-pelan..dan..
KRAKK!
Ah, sial. Padahal aku sudah hati-hati. Tapi kenapa masih menginjak ranting pohon juga? Di menoleh. Oh, tidak! Apa yang harus kukatakan. Dia tersenyum padaku. Akupun membalas senyumannya. Aku menghampirinya.
“kenapa kau  menangis?”
“ah, Yesung oppa. Gwenchanna.”
“kalau menangis tak ada sebabnya itu orang gila namanya.”
“berarti aku gila?”
“molla. Kenapa kau menangis?”
“aku jelek sekali ya?”
“hng?”
“kau tak lihat? Aku jelek kan?”
Aku terdiam sejenak. Mengamati wajah mungilnya. ‘manis’ pikirku. Dia memang manis. “ya kan oppa?”
“tidak.”
“hng?”
“kau cantik, Wookie-ya.”
“haha..kau salah oppa. Aku adalah yeoja terjelek di sekolah ini. iya kan?”
GREPP!
Aku menariknya ke dalam pelukanku. Menyandarkan kepalanya di dadaku. “oppa..apa-apaan ini? lepaskan!”
“aniya!”
“oppa, jebal..kumohon lepaskan aku! Aku-..”

Chu~

Belum sempat Wookie meneruskan kalimatnya, aku mengunci bibirnya. Meraih tengkuknya dan menciumnya dalam. Melumat bibirnya lembut. Lama. Sangat lama. Aku menginginkannya. Mengingingkan moment seperti ini. aku melepas ciuman kami saat menyadari kalau dia mulai  kehabisan oksigen.
 “hh..hhh..op..pa! kau..mau..hhh..membunuhku..hahh..”
“aku ingin lagi, Wookie-ya.”
“tidak! Aku tidak mau!”
Aku meraih tangannya. “kau tau? kau tetap cantik di mataku. Meski mereka bilang kau jelek, bagiku kau adalah yeoja tercantik di  dunia.”
Nampak semburat merah di pipinya. Omona..dia lucu sekali. “oppa~”
“saranghae, Kim Ryeowook.” Bisikku tepat di telinganya.
Aku meraih tengkuknya dan menciumnya sekali lagi.
FIN


[Flashfiction] Kissing Scene

-->
Title: Kissing scene
Author: @saras_diaan
Cast: YeWook
          Lim Yoona (cameo)
          And other cast..
Genre: romance, boys love
Rating: PG-13
Note: ini oneshoot yang bergenre boys love pertama saya. Sebetulnya saya nggak bakat untuk boys love. Tapi mencoba nggak salah kan? Baiklah, kalau jelek dan gak suka, bilang aja, kalau bagus, makasih. Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Jangan lupa RCL. Gomawo ^^
                               ===============================================

Annyeong! Perkenalkan. Joneun Kim Yesung imnida. Ah, tanpa kuberitahu siapa aku juga pasti kalian kenal. Aku adalah aktor papan atas dan sangat terkenal di Korea. Dan kalian pasti tau takdir menjadi seorang aktor papan atas berwajah keren, tampan, dan rupawan kan? Yup! Dimana ada aku, disitulah Clouds. Bagaikan ada gula ada semut lah. Jujur saja aku lelah jika setiap jalan pasti dikejar-kejar fans. Kadang aku berpikir menjadi seorang public figure adalah kesalahan terbesar dalam hidupku.Tapi ada satu hal yang membuatku bisa dengan gampang mengubah pikiranku.

Aku memiliki seorang chingu..ah, ani. Namjachingu. Pasti kalian kaget kan? Sesama namja di Korea saling mencintai bahkan berpacaran itu sudah biasa. Sama denganku. namjachinguku, Kim Ryeowook. Sebut saja Wookie. Dia adalah pacar sekaligus managerku. Aku mencintainya. Sangat-sangat amat mencintainya. Aku bersyukur memilikinya. Dialah penyemangatku.

“Yesung hyung!” sebuah suara membuyarkan lamunanku. Aku menengok ke sumber suara. Sudah kuduga pasti dia. Wookie-ku. “ne, Wookie. Waeyo?” tanyaku sambil mengulas senyum. “ini. minum dulu. Kau pasti haus kan?” ujarnya sambil memberikan sebotol air mineral padaku. “kau selalu tau apa yang kubutuhkan, chagi. Terima kasih.” Aku meminum air itu. “hyung, aktingmu tadi sangat bagus.” Pujinya yang kini memijit bahuku. “masa?”
“benar. Kau begitu menghayati peranmu. Kau keren, hyung.” Pujinya lagi. Memang seperti itu Wookie-ku. Dia selalu memujiku.

“Yesung!”
“ah, Sutradara Park? Mwoya?”
“ini naskahnya. Tolong hafalkan.” Katanya sambil menyerahkan naskah skenario padaku. Aku mengamati naskah itu sejenak. “ne.” Jawabku singkat dan pandanganku tak lepas dari naskah. “hyung, masih satu scene lagi ya?”
“iya. Aku mau menghafal dulu ya, chagi?” ujarku seraya mengusap lembut pipinya. “ne, hyung.” Wookie pun pergi. Sementara aku sibuk menghafal naskah skenario.

SKIP---------------------------------->>>

[author’s POV]
“camera, rolling, and action!” aba-aba dari Sutradara, dan aktingpun dimulai. Lawan main Yesung saat ini adalah LimYoona, aktris cantik papan atas.

(acting)
“Yoona-ya! Kumohon dengarkan aku dulu!”
“apa lagi, eoh? Aku sudah tau semuanya Kim Yesung!”
“baiklah aku minta maaf! Itu hanya salah paham! Aku..”

PLAKK!! Yoona menampar keras pipi Yesung.

“cukup! Dan jangan katakan lagi! Aku muak padamu! Mulai detik ini, kita putus!” Yoona beranjak pergi meninggalkan Yesung. Yesung menarik tangan Yoona dan mencium bibirnya.
(acting end)

“cut!!”
Prok..prok..prok..Sutradara bertepuk tangan melihat akting Yesung. “bagus! Akting kalian bagus! Good job, Yesung, Yoona!”
“kamsahamnida!” ujar Yesung dan Yoona berbarengan sambil membungkukkan badan.
*author’s POV end*

[Wookie’s POV]
Ah, apa ini? kenapa rasanya aku begitu kesal melihat kissing scene tadi? Apa aku..cemburu..? ah, tidak tidak! Ini kan hanya akting! Bukan kenyataan. Sadarlah, Kim Ryeowook! Tapi..aku begitu kesal. Kenapa sih? “aish..jinjjayo!” aku berlari meninggalkan lokasi syuting.

Aku pergi ke suatu tempat. Danau. Yeah. Tempat yang biasa aku datangi. Tanpa sadar aku menitihkan airmata. Aish, cengeng sekali kau, Kim Ryeowook? Itu kan hanya akting!? Akting,  Kim Ryeowook! Akting! Aish, jinjja! Tapi, aku cemburu. Ya, aku cemburu! Selama ini Yesung hyung belum pernah menciumku. Apa hanya karena itu?

Ponselku berdering. Ada panggilan masuk dari Yesung hyung. Aku ingin menjawab telponnya. Tapi..ah, mollasseo! Kenapa aku? Akhirnya aku  memutuskan mengangkat telponnya.
“yeoboseyo, hyung?”
“Wookie, kau dimana?”
“di danau, hyung. Wae?”
“ya sudah. Nanti aku kesana.”

Piip..piip..telpon putus. Aku menunggu Yesung hyung datang. 20 menit kemudian, akhirnya dia datang juga. “Wookie? Kau..menangis?”
“tidak, kok.” Jawabku bohong.
“tidak. Kau menangis kan?”
“tidak hyung..”
“jangan bohong!”
“hyung! Sudah kubilang aku tidak menangis! Kau kenapa sih!? Aku..”

Omo! Apa ini? bibirnya Yesung hyung menempel di bibirku? Dia..menciumku? aku berusaha menolaknya, tapi Yesung hyung malah semakin memperdalam ciumannya. Tapi..aku senang. Aku..

“hmm?” dia melepas ciumannya dan tersenyum padaku. “hyung..kau..”
“kenapa? Apa aku salah melakukannya padamu?”
“t-tidak..a-aku..”
“kau terkejut kan?”
“ne..aku..” aku memalingkan wajahku darinya. Aku yakin wajahku pasti sudah seperti kepiting rebus sekarang.

GREPP!

Dia memelukku. Aku dapat menghirup aroma tubuhnya. Jantungku berdetak cepat saat ini. Hangat sekali. “maaf aku baru menciummu sekarang..”
“gwencha..na..”
Yesung hyung melepas pelukannya dan mengecup keningku. Jari mungilnya menyibak poni yang menutupi mataku. Menyeka sisa-sisa airmataku. “kenapa kau menangis, hmm?”
“aku..aku..”
“wae?”
“aku..aku cemburu hyung!”
“cemburu?”
“aku..aku kesal melihat kissing scene tadi.”
“jadi Wookie-ku cemburu, hmm?” ujarnya menggodaku.
“ish, hyung!”
“kau tau itu hanya akting kan? Kenapa kau harus cemburu?”
“karena..kau belum pernah menciumku..”
“hanya karena itukah?” tanyanya. Aku mengangguk. Dia memelukku lagi. “maafkan aku belum pernah menciummu Wookie-ya.”
“tak apa, hyung. Aku mengerti.”
Yesung hyung melepas pelukannya dan menggendongku bridal style. Aku berusaha memberontak. “hyung! Turunkan aku! Apa-apaan kau!?”
“kita lanjutkan saja di apartemenku, ne?” aku membelalak tak percaya. Apa katanya? Lanjutkan? Tuhan, tolong sadarkan  aku!!
                                                       _THE END_

[Oneshoot] Dilemma

 
Title: Dilemma
Author: @Fifi_CloELF
Rating: T
Genre: family, genderflip & angst *maybe?*
Cast: Kim Jongwoon
          Kim Ryeowook as Jung Seowook (finally, back to Kim Ryeowook)
          And others,..
Note: Ini adalah FF TERBURUK yang pernah saya buat. Jadi maklumilah jika banyak miss typo. Saya sungguh minta maaf kalau ceritanya tidak memuaskan, jelek, atau apalah. Tolong dimaklumi. Saya author baru T_T I Need RCL~


[Yesung POV]
    Who my family? Pertanyaan itu terus hinggap dikepalaku. Aku tidak pernah merasakan rasanya punya orang tua. Mungkin orang tua-ku meninggal sesaat setelah aku lahir. Atau, aku anak yang tiba-tiba jatuh dari langit? Haduuh, apa ini negeri antah-berantah, hah? Pikiranmu kekanakan sekali, Kim Jongwoon.
“Chingudeul! Aku minta perhatiannya sebentar. Besok ada rapat yang diadakan songsaengnim Park. Tolong beritahu orang tua kalian untuk datang jam 10 pagi. Gamsahamnida.” Kata si president class, Kim Heechul.
ZLEEB!
Kepada siapa akan kuberitahu ini? Orang tua? Orang tuaku mana? Siapa?
Segera saja kukejar namja bernama Heechul itu, menahan bahunya untuk berbicara padanya.
“Oh, Jongwoon-sshi. Mwohaneungoya?” tanyanya dengan senyum ramah. Seharusnya aku senang dapat senyuman ‘manisnya’ tapi entah kenapa hatiku sesak sekali.
“jika tidak ada orang tua, aku dengan siapa?”
“mianhae, aku tidak tau. Kau bisa tanya sendiri pada songsaengnim Park.” Katanya seraya membungkuk kecil padaku. Lalu pergi.
-
Kim Sungchan. Nama yang diberikan panti asuhan untukku. Sekarang namaku berganti menjadi Kim Jongwoon. Nama itu diberikan orang tua angkatku ketika aku mulai diadopsi. Sekarang, aku tinggal sendirian. Orang tua angkat itu sejak awal memang tidak menyukaiku. Mereka hanya mengasuhku untuk dijadikan wadah memuaskan penyakit mereka, pedofilia. Aku tidak mau diperlakukan tidak adil seperti itu. My God, help me. Hanya foto ini kenangan manisku. Sebuah foto dimana ada 2 orang anak kembar. Satu aku, satunya adik yeoja-ku. Entah pergi kemana dia sekarang. Aku hanya tahu namanya. Kim Ryeowook. Kapan aku bisa bertemu dengannya?

Suatu hari,..
“annyeong haseyo, namaku Jung Seowook. Aku pindahan dari JYP Art high school. Semoga aku bisa berteman baik dengan kalian semua.” Sapa murid baru bernama Jung Seowook. Yeoja termanis yang pernah kulihat. Namun, dibalik kemanisan parasnya, aku melihat rasa sakit yang amat sangat dalam. Ya!! Kau sok tahu sekali, Jongwoon!!
“ok, Jung Seowook. Silahkan duduk disebelah Kim Jongwoon.” Kata Songsaengnim seraya menunjuk kearahku. Kearahku?
KEARAHKU?
Jadi, aku duduk sebangku dengannya? Hehe, akhirnya keinginanku tercapai juga.
“annyeong haseyo. Namaku Jung Seowook. Senang berkenalan denganmu.” Sapanya setelah duduk disebelahku.
“annyeong. Namaku Kim Jongwoon. Senang berkenalan denganmu juga.” Balasku senormal mungkin. Karena yeoja ini sangat manis.
“boleh aku menjadi temanmu?”
“chingu? Kau mau jadi temanku? Jinjja?”
“ne. Why not?”
“ok, setuju.”
-
KRIING~
Bel istirahat berbunyi. Satu persatu murid meninggalkan kelas. Tidak terkecuali aku. Aku juga keluar. Tapi, bukan untuk mengisi perut yang mulai berdemo karena sejak kemarin sore aku belum makan. Melainkan pergi ke kelas musik untuk bermain piano.

neoreul gidaryeo sesangi kkeutnal ttaekkaji
neol gidaryeo unmyeongi mageul geu sungankkaji
ijen naega neoege modu jul su inneunde
naegero dagaol su eomni sojunghan nae saram
#np: Waiting for you-Yesung

“nugu?” tanyaku tiba-tiba tanpa menoleh kearah pintu. Aku bisa merasakan ada seseorang yang melihat diam-diam diluar sana.
“mianhae. Aku mengganggumu, Jongwoon-sshi.” Suara ini?
Ah! Aku tau. Dia Seowook.
“gwenchanna. Mau bergabung?” kataku ramah yang sudah menoleh kearahnya.
“aku, aku tidak bisa main piano. Hajiman, aku bisa bermain biola.” senyum manis seketika mengembang diwajahnya. “tapi, apa disini ada biola?”
“haha, tentu saja ada. Tuh, dipojok sana. Jangan ambil yang berpeti putih. Yang itu hanya songsangnim Lee yang boleh mamainkannya.”
Sejak saat itu, aku berteman baik dengan yeoja bernama  Jung Seowook itu. Tapi, setiap bersamanya aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungku. Seperti, berdebar-debar. Tapi, kenapa?

+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-

“Jongwon-sshi, boleh aku kerumahmu?” seseorang mengagetkanku dari belakang. Ish, yeoja ini –Seowook- selalu saja membuatku kaget.
“kerumahku? Kapan?”
“tentu saja sekarang. Kapan lagi?” aduuh, dia selalu tersenyum dihadapanku. Kau membuatku meleleh...
“sekarang? Ah, ak-aku..” bagaimana boleh ada orang yang mengunjungi gedung tua nan menyeramkan itu. Apalagi yeoja seperti dia. Dia tidak boleh tau aku tinggal di gedung itu. “aku tidak bisa.” Lanjutku setelah terdiam lama.
“kenapa? Apa kau belum beres-beres? Tenang saj..” ucapannya terhenti karena telunjukku mengunci pergerakan bibirnya.
“mianhae. Tapi, aku benar-benar tidak bisa, Seowook-ya.”
“ba, baiklah. Aku mengerti.”

+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-

Entah sudah berapa puluh kali Seowook memintaku untuk mengizinkannya berkunjung kerumahku. Tapi aku selalu mengelak dengan berbagai dalih. Aku hanya tidak mau ada orang yang pergi ke tempat berbahaya itu.
“Yesung-ya. Jebal, kali ini izinkan aku kerumahmu. Aku tidak akan berbuat macam-macam kok. Percayalah padaku.” Haha, sekarang dia memanggilku Yesung.
“Yesung? Namaku Kim Jongwoon.”
“arraseo. Tapi kurasa kau juga cocok dengan nama itu karena suaramu seperti malaikat dari surga yang nyasar ke Seoul.” Katanya setengah bercanda.
Beberapa menit selanjutnya, kami berdua hanyut dalam candaan ringan. Sampai dari mulutnya terlontar sebuah kalimat yang membuatku tersentak.
“kau punya orang tua?”
“kurasa semua anak punya orang tua. Jika tidak, bagaimana mereka lahir ke dunia?”
“haha, bukan itu maksudku -,-. Tapi, apa kau pernah bertemu dengannya?”
“belum.” Jawabku singkat lalu menundukkan kepala dan menatap lantai putih dibawahku.
“seharusnya ka...” kalimatnya terhenti karena—
KRIING~
Bel masuk berbunyi. Semua murid mulai berlarian menuju kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

1 tahun kemudian..
Aku dan Seowook semakin akrab. Haha, of course. Bahkan sekarang aku sudah resmi menjadi pacarnya. Tapi, setiap bertemu dengan yeoja bermarga Jung itu, serasa ada yang mengganjal di hatiku.
“ya, chagiya. Apa kau melamun?” sebuah suara tenor mengagetkanku. Kalian pasti tau siapa itu -,-
“Seowook-ah! Bisakah sehari saja kau tidak mengagetkanku?” yaah~ sepertinya dia memang punya kebiasaan yang sama denganku, suka membuat siapa saja kaget. Pernah suatu kali saat berjalan-jalan ditaman kota, aku melihat seekor anjing yang tengah pup di rumput. Dan apa yang terjadi?
Aku menghentakkan kaki dan anjing itu langsung berlari menjauhiku dengan pup yang masih menyangkut disana. Huahahahakk!
“aku merindukan kakakku.” Katanya tiba-tiba.
“memangnya dia kemana?”
“waktu itu, saat dipanti asuhan, ada sepasang suami-istri yang mengambil kakakku sebagai anak angkat mereka. Padahal, aku kan juga ingin punya orang tua angkat. Tapi mereka terus bersikeras untuk tidak mengambilku. Dan kakakku dibawa pergi orang itu. Sampai sekarang, aku masih tidak tahu keadaannya sekarang. Entah masih bernapas atau tidak.” Air mata menggenang di rongga matanya. Siap jatuh dan membasahi pipi yang merona itu.
“sabarlah. Siapa tahu Tuhan membawa kakakmu itu kembali padamu. Ok..” balasku lalu mengusap air mata yang masih berupa danau mungil di mata itu.
“gomawo, chagiya~..” balasnya lalu memeluk erat tubuhku dari samping. Andai saja saat ini yang memelukku umma, poor Jongwoon..
“Suiit~ Suiiit~” seseorang bersiul dari belakangku. Sontak, Seowook melepas pelukannya dan menoleh ke asal suara.
“Lee Hyukjae!!” protes kami berdua kompak.

+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-

 “eh, coba lihat. Ini foto kakakku dan aku. Mirip tidak?” tanya Seowook tiba-tiba sambil memperlihatkan selembar foto yang mirip dengan punyaku. Jadi? “dia lucu sekali.” Katanya lagi yang masih memegang erat foto ditangannya. “chagiya? Kau kenapa?”
“aku? Ah, ani. Gwenchanna. Eoh, umm, mianhae. Aku harus pergi. Tetaplah disini. Jangan mengikutiku.” Ujarku lalu beranjak dari kursi dan meninggalkan Seowook yang bingung.

Apa benar dia adikkku? Tapi, kenapa wajahnya tidak mirip? Oh ya, nama yeoja itu kan Jung Seowook. Nama adikku Kim Ryeowook. Kenapa? Ya Tuhan, aku sangat bahagia bisa bertemu dengannya lagi. But, I LOVE SHE!! Aku terlanjur mencintainya. Bukan sebagai kakak kepada adiknya, tapi sebagai pria kepada wanita. Bagaimana ini? Aku tahu seorang kakak tidak bisa mencintai adiknya. Bukan cinta yang itu yang kumaksud. Another love. Situasi sulit. It’s too cofused. I can’t choose. My sister, or my girlfriend?

+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-

“Seowook-ah, bisa bicara setelah pulang sekolah di halaman belakang?” kubuat nada bicaraku tidak bergetar karena sekarang aku sangat ingin menangis.
“ha? Jika mau bicara, sekarang saja.”
“tidak bisa. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu. Kalau bisa, bawalah foto itu. Tapi jika kau tidak mau juga tidak apa-apa.”
“shireo. Aku takut foto itu hilang. Hanya itu satu-satunya gambaran wajah kakakku.” Ya tuhan, aku tidak mampu menahan air mata ini lagi. Tidak bisa.
“Hhhoaaam~” aku menguap lebar (yang sebenarnya berpura-pura) dan menutup wajahku dengan buku. Crying.

^_^

“mianhae, Yesung-sshi. Aku terlambat. Tadi ada sedikit masalah di kelas.” Kata Seowook yang masih tergopoh berlari mendekatiku yang sedang duduk dibawah pohon maple yang rindang.
“tidak apa-apa.” Jawabku singkat lalu membuang muka ke arah pepohonan di depanku.
“Yesung-sshi. Apa yang mau kau bicarakan, eoh??” tanyanya.
“it’s too hard to say. But, I must tell to you.” Aku berhenti sejenak, lalu menghela napas berat. Jebal, aku benar-benar tidak mau menyakitimu. “kita putus.” Kutengok wajahnya, terkejut. Sangat terkejut. Aku melihat ekspresi marah, kesal, sedih, terkejut. Semuanya bercampur menjadi satu. Detik selanjutnya, air matanya turun menari-nari di pipi tirusnya.
Dia, berlari meninggalkanku tanpa berkata sepatah kata-pun.

+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-

Entah sudah beberapa minggu aku tidak mengobrol dengan Seowook. Sekarang, dia tidak lagi duduk disebelahku. Dia lebih memilih pindah tempat. Wajahnya masih terlihat kecewa melihatku. Aku tidak tega melihatnya. Tapi, kapan aku memberitahukan kebenarannya? Bahwa dia adalah adik dari seorang Kim Jongwoon?
Mungkin ini saatnya. Aku berjalan pelan mendekati Seowook dengan foto terselip di saku celana.
“ini.” Kataku singkat seraya memperlihatkan foto itu padanya.
“eh? Ini punyaku kan? Kenapa ada padamu?” tanyanya bingung tanpa melihat wajahku.
“karena aku orang yang ada dalam foto itu.” Jawabku lalu memasukkan foto itu kembali ke saku celanaku.
“impossible you Kim Sungchan. Namamu Kim Jongwoon.” Dia berdiri mensejajarkan posisi denganku.
“kau tau aku diadopsi orang itu. Namaku diubah. Sekarang namaku Kim Jongwoon. Tapi dalam benakmu, aku tetap Kim Sungchan. Aku, kakakmu.”
Sedetik kemudian, aku menyadari dia memeluk tubuhku sangat erat sampai membuatku sesak. Seolah tidak mau melepaskanku.
“hiiks~ oppa.” Dia menangis terisak. Keras sekali. Aku berani bertaruh saat ini hidungnya merah.
Selama 30 menit, kami hanya berpelukan sambil menangis. Terharu. Bertemu dengan saudara yang lama terpisah. Tapi, masih ada yang janggal. Wajah Ryeowook berubah drastis.
“chagiya, wajahmu berubah?” tanyaku saat sudah melapas pelukan.
“aah, wajah ini. Aku terpaksa harus dioplas karena kecelakaan mobil. Wajahku terbakar. Dibeberapa bagian tubuhku juga masih ada bekasnya..” terangnya masih dengan mata sembab.
“aku bahagia kita bisa bertemu lagi.” Tuturku lalu mencium sekilas pipinya.
“aku mengerti kenapa kau mau putus.” Katanya kemudian tersenyum tulus. Senyum yang kurindukan selama 11 tahun. Meskipun 1 tahun ini aku selalu melihat senyumnya, tapi senyum yang ini begitu menenangkan hati. Senyum yang kemarin adalah senyum yang kukenal sebagai senyum milik Jung Seowook. Sedangkan yang ini adalah senyum adikku sendiri, Kim Ryeowook.

-The End-