Minggu, 07 Oktober 2012

[Oneshoot] Jebal, ireonna..


Title: Jebal, ireonna
Cast: YeWook couple
Author: @saras_diaan
Genre: Angst, genderswitch, tragedy.
Disclaimer: YeWook belongs to God, their parents, friends, and CloudSomnia!
Note: ini ff asli punya saya! Dan saya membuatnya karena sedang bingung mau nulis apa. So, seadanya ne Kalau suka, Kamsahamnida! Kalau enggak juga gak apa-apa. Baiklah, hanya satu pesan saya NO COPAS, NO BASHING! Okeee
Yuk, langsung aja!



=============================HAPPY READING=======================



Wookie’s pov

Aku memasuki sebuah ruangan. Ruangan yang penuh nuansa putih. Kudekati ranjang yang ada disana. Dimana sesosok namja terbaring. Aku duduk di kursi samping ranjang.

“oppa~” panggilku lirih. Kugenggam tangannya. Dingin. Wajahnya pucat, bibirnya membiru..

Sampai kapan dia akan tidur

......



Kim Jong Woon. Dia..suamiku. sudah hampir 2 bulan dia seperti ini. diam. Tanpa pergerakan sedikitpun.

Wookie’s pov end



Author’s pov

Sakit. Mungkin itu yang dirasakan Wookie. Sakit melihat nampyeonnya seperti ini. koma. Ya, karena sebuah kecelakaan.



Flashback

Seorang yeoja bertubuh mungil kini sedang berada di box telpon. Berkali-kali ia memencet nomor tujuan. Namun sepertinya tidak sambung.



BRAKK!



Dengan kesal, yeoja itu membanting gagang telpon dan keluar dari box telpon. Yeoja itu –Wookie- berjalan cepat. Wookie mendongakkan kepalanya saat merasakan butiran-butiran air jatuh ke kepalanya. “haah..gerimis!” pekiknya. Wookie langsung membuka tasnya. “duh, aku tidak bawa payung lagi! Bagaimana nih”



“Wookie!” panggil seseorang membuatnya menoleh. “Yesungie oppa” melihat siapa yang memanggilnya, Wookie berbalik dan berjalan cepat menghindari Yesung. Namja bermanik sabit itu mempercepat langkahnya mengikuti Wookie.

“jagiya, ayolah...”



Wookie berhenti.



“tidak kuhitung ini yang keberapa kalinya kau terlambat!” ujar Wookie tanpa menoleh. “baiklah, kuakui aku memang sering terlambat menjemputmu. Tapi sungguh, aku sudah berusaha tepat waktu. Mengertilah!”

“kau pikir aku akan percaya”



Yesung menarik tangan Wookie. “jebal..percayalah!”

“kau tau, oppa Aku ini istrimu! Aku ingin kau menjemputku sehari saja.”

“Wookie-ya! Kenapa kau tak bisa mengerti aku”

“aku hanya ingin diperhatikan olehmu! Karena aku ini.....”



Belum sempat Wookie meneruskan kalimatnya, Yesung menarik Wookie kedalam pelukannya. “maaf..aku bukan suami yang baik..”

“oppa..”

“maafkan aku, Wookie.”

“gwaenchanha, oppa.”



Yesung melepas pelukannya, menatap Wookie sekilas. “kita pulang. Kajja!” Yesung menarik tangan Wookie dan menggenggamnya erat.

Author’s pov end



Wookie’s pov

“kita pulang. Kajja!” Yesung oppa menarik tanganku dan menggenggamnya erat. Entah kenapa rasa marahku luntur begitu saja saat Yesung oppa memelukku tadi. Kenapa aku marah Karena selama ini dia jarang bersama denganku. kalau Yesung  oppa pulang, kadang aku sudah tidur. Jadi intinya, kami jarang bertemu. Ya, kusadari aku memang seperti anak kecil belakangan ini.



Itu karena aku butuh perhatian! Bayangkan saja, istri mana yang ingin diabaikan pada saat mengandung Ah, iya. Aku memang sedang hamil. Usianya baru 1 bulan. Aku belum memberitau Yesung oppa.



ZRAASSHH!!



Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Yesung oppa menarik  tanganku dan membawaku ke tempat berteduh. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Berniat mencari kehangatan. “uh, dingin!” keluhku. Yesung oppa menoleh. “kau kedinginan Ini. pakai jaketku.” Ujar Yesung oppa sambil memakaikan jaketnya. Aku tersenyum. “jagiya, kau mau minum kopi” tawarnya. Aku mengangguk. “ya sudah. kubelikan dulu, ne”



Yesung oppa pun pergi ke kedai kopi di seberang jalan. Aku hanya tersenyum menatapnya. Dia memang ahli mebuatku meleleh dalam sekejap. Yesung oppa menghentikan langkahnya di tengah jalan. Dia jongkok.  Ah, ngapain namja itu heh Ayolah, oppa.



Maldo andwae!



Kulihat sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi dari lawan arah. “OPPAAA!! JOSHIMHAE!!”



BRUUKK!!

Wookie’s pov end



Author’s pov

“OPPAAA!! JOSHIMHAE!!”  Wookie berteriak pada Yesung yang sedang jongkok –membetulkan sepatunya- di tengah jalan.



BRUKK!!



Benar saja. Tubuh Yesung terpental ke pinggir jalan. Sedangkan Wookie...dia terpaku. ‘oppa’ pikirnya. Wookie jatuh terduduk di trotoar. Kakinya lemas. Seakan tak mampu menopang berat tubuhnya lagi. ‘tidak! Tidak mungkin! oppa! Oppaaaa!!!’ jeritnya dalam hati. Airmatanya mengalir bebas dari pelupuk matanya.  “OPPAAAAAAAAAAAA!!! MALDO ANDWAE!!”



Yeoja beriris hazel itu berlari ke tempat Yesung terbujur kaku. Didekapnya tubuh berlumuran darah itu. “Oppa!! Ireonna!! Jebalyo, ireonna!! Oppa!! Hiks..hiks..” Wookie terisak. “oppa..ireonnajyo!! jebal..oppa! hiks..hiks..” Wookie masih terisak. Warga sekitar yang melihat langsung mencarikan bantuan.



At hospital...

Wookie duduk di ruang tunggu sambil berdoa. “Tuhan..selamatkan Yesungie oppa..kumohon..”



Tak lama, uisanim pun keluar. “uisanim, eottokhae Bagaimana keadaan Yesung oppa”

“nona, ia mengalami benturan keras di kepalanya. Mungkin untuk beberapa lama dia akan koma.” Tutur uisanim. Wookie hanya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya untuk menahan tangis. Shock. Itulah yang ia rasakan. Matanya berkaca-kaca. Seakan butiran-butiran bening itu siap meluncur dari matanya. “k-kamsahamnida..dokter..” ucap Wookie dengan suara bergetar. Dokter itu tersenyum pilu melihat yeoja ini. menepuk pundak Wookie membagi kekuatannya. Tatapan uisanim seakan berkata “sabarlah, nona.” Lalu uisanim itu pergi.

Flashback off



Tangan mungil Wookie masih setia menggenggam tangan Yesung yang dingin. Jangan lupakan sisa-sisa airmata di pipinya. Kedua sudut bibirnya tertarik dan membentuk sebuah lengkungan indah nan manis.... namun terlihat pilu. “oppa-ya. kau mau aku bernyanyi tidak” tanyanya namun tentu saja tak ada respon.



“baiklah. It Has to Be You, ne”



Wookie pun menyanyikan lagu It Has to Be You. Suara thenor indahnya menggema di ruangan itu. Wookie menutup matanya menghayati lagunya. Sesekali ia tersenyum pada Yesung yang masih memejamkan matanya.



Niga animyeon andwae..

Neo eobsi nan andwae..

Na ireoke hanu handareul tto illyeoneul

Na apado joha

Nae mam dachyeodo joha nan

Geurae nan neo hanaman saranghanikka



Airmata kembali membasahi pipi tirus Wookie. Lagu ini.. lagu yang pernah Yesung ciptakan untuknya. Rasa getir di hatinya saat ini.. membuatnya begitu sesak. “oppa~..bangunlah. buka matamu..katakan sesuatu padaku, oppa..”

“oppa-ya..”

“oppa, katakanlah saranghae! Katakan bahwa kau mencintaiku! Katakan bahwa kau merindukanku! Katakan itu semua, oppa! Kumohon! Bangunlah dan buka matamu! Ireonnajyo..hiks..hiks..” Wookie terisak sembari memukul-mukul dada Yesung.

 “apa kau tak peduli dengan janin di perutku! Hah Dia anak kita oppa! Bangunlah! Hiks..hiks..”



Tangisan Wookie terhenti karena ada pergerakan pada Yesung. Jari-jemarinya mulai bergerak perlahan. “o-oppa”

“oppa! Kau sadar”



Wookie bergegas menghubungi dokter. Namun tangannya ditahan oleh Yesung.



Wookie kembali duduk di samping ranjang Yesung dan menggenggam tangannya. “oppa..”

Tak lama..Yesung membuka matanya perlahan. Menoleh ke arah Wookie. Mulutnya seakan mengucapkan sesuatu, namun tidak jelas..

“Wook...ieh..” panggilnya lirih. “oppa, kau sadar” tanya Wookie tak percaya. Yesung mengangguk lemah. Wookie memeluk Yesung erat. “oppa, neomu neomu geuriwoyo..”

“na...do..” sahut Yesung dengan suaranya yang serak. “saranghae..” bisiknya pelan di telinga Wookie. “oppa~”

Yesung tersenyum. “oppa..” Wookie membawa tangan Yesung ke perutnya. “ige..little Yesungie..”

“uri..aegi” tanya Yesung. “tak mungkin aku panggil dia ‘Little Yesungie’ kalau bukan anak kita..” tutur Wookie tersenyum. Yesung pun tersenyum lebar. Menarik Wookie dalam pelukannya.

“Wookie-ya...nyanyikan sebuah lagu untukku, sayang..” pinta Yesung.

“baiklah.”



Wookie menyanyikan lagu It Has to Be You. Menghayati lagunya. tapi nyanyiannya terhenti kala ia merasakan pelukan  Yesung mengendur. “oppa Oppa”

Dilihatnya Yesung yang memejamkan matanya. “oppa Gwaenchanha Oppa” Wookie menepuk-nepuk pip Yesung pelan. Diperiksanya denut nadi Yesung. Tak ada respon. “tidak..tidak mungkin! tidak mungkiiinnn!!!” kembalilah airmata itu meluncur bebas dari pelupuk mata Wookie. “oppa, ireonna!! Jebal, ireonna!!”



Wookie kembali menghubungi uisanim. Setelah datang, uisanim memeriksa Yesung. Dan betapa terkejutnya Wookie saat uisanim menutup selimut yang dipakai Yesung sampai menutupi seluruh badannya.



“dokter, kenapa! Kenapa Yesung oppa”

“mianhamnida, nona.  Dia...”

“kenapa! Katakan padaku!”

“dia..sudah pergi...” ujar dokter lirih. “tidak. Tidak mungkin! TIDAAKK!! MALDO ANDWAE!!”



Wookie menangis histeris saat itu. Suster berusaha menenagkannya. “nona, sudahlah. Ini kenyataan, nona.” Ucap suster itu tabah.

“TIDAAAKK!! YESUNG OPPA!! TIDAK MUNGKIN!!”

“nona, tenanglah..” suster itu masih berusaha menenangkan Wookie. Sementar dua orang perawat lainnya masuk dan memindahkan Yesung ke.. ruang mayat. Wookie segera menahan kedua perawat itu. “jangan! Kumohon!!”



Dibukanya selimut yang menutupi seluruh tubuh Yesung. Dibelainya pipi Yesung yang pucat. “oppa..andwae! ireonna, oppa!! Hiks...hiks..” Wookie terisak.



Akhirnya kedua perawat itu memindahkan Yesung ke kamar mayat. Wookie hanya bisa pasrah dan menangis.



5 years later...

Seorang yeoja cantik mengenakan dress putih dan seorang namja kecil di sampingnya, berjongkok di dekat sebuah pusara. Wookie dan Kim Sung Wook –anak Wookie dan Yesung- mereka berdua berdoa dan setelah itu menaruh sebucket mawar putih. “ibu, apakah ini ayah” tanya Sung Wook dengan polosnya. “ne, jagiya.”

“kenapa ayah pergi”

“ayahmu....”



Drrt...

Drrt..



“Sung Wook, sebentar ya ibuu angkat telpon dulu.” Izin Wookie. “ibu, aku ikut!” rengek Sung Wook. Wookie mengangguk mengizinkan. Mereka berdua keluar dari kompleks makam.



“yeoboseyo”

“jagiya..”



PLUK!



Ponsel Wookie jatuh begitu saja. Airmatanya jatuh. Suara itu..

“ibu” tanya Sung Wook yang melihat ibunya jatuh terduduk. “ibu Ibu kenapa Ibu”

Wookie tak mempedulikan anaknya. Sakit. Kenapa..suara itu datang lagi Waeyo

“jagiya...”

Wookie tercekat. Seseorang..ah, bukan. Sepertinya hanya angin. Bisikan di telinga Wookie membuat yeoja itu menoleh sekitar. “siapa disana”

“ibu” Sung Wook kebingungan melihat ibunya. “nuguseyo!”

“ibu...kau bicara pada siapa”

“diam! Hei, siapa disana Nuguseyo!” bentaknya.



Wookie mengalihkan pandangannya ke sebrang jalan. ‘mungkin aku berhalusinasi..’ pikirnya. Tapi...

Matanya seakan ingin copot saja saat melihat seseorang di sebrang jalan sana tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Orang itu...

“Yesungie oppa..” gumam Wookie. “ibu Kau kenapa”

Wookie tetap mengacuhkan Sung Wook. Hei, lihatlah orang itu! Memang benar..Yesung. ‘tidak mungkin.’ pikir Wookie. Dan ‘Yesung’ di sebrang jalan sana mengulurkan tangannya. “oppa...”

‘kemarilah, jagiya..’ lagi-lagi bisikan itu. “oppa!” Wookie nekat berlari ke sebrang jalan. Padahal, di jalan raya begitu banyak mobil berlalu-lalang. “ibu!” cegah Sung Wook namun tidak dipedulikan. Dan...



BRUKK!!



“IBUU..!!!” jerit Sung Wook saat tubuh ibunya terpental ke pinggir jalan. Namja kecil itu berlari menghampiri tubuh Wookie yang tergolek dan bersimbah darah. “ibuu..hiks..ibu..bangun, ibu..” isaknya. Wookie membuka matanya perlahan...menatap anak semata wayangnya. “ul..jima..Sung..Wookie-ya..”

“ibu..jangan pergi..bu. aku..hiks..sayang ibu..”

“Sung..Wook. ibu..harus..pergi..”

“ibu jangan bilang begitu..hiks. ibu..ibu! Ibu! Ibuu!!” tangisannya makin keras saat Wookie menutup  matanya damai. Apa ia sudah mati Maybe Yang jelas, kini Sung Wook  hanya sendiri..



Ayah dan ibu.. sosok yang masih ia butuhkan.. meninggalkan bocah kecil itu sendiri. He’s alone right now.

                                                   _END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar