Jumat, 05 Oktober 2012

[Oneshoot] Piano


Tittle: Piano
Author: @Fifi_CloELF
Type: Oneshoot [2.311 word]
Cast: Kim Yesung (namja), Kim Ryeowook (yeoja), Cho Kyuhyun (namja//cameo)
Genre: sad ending, romance, death character, gaje(?)
Rating: T
Disclaimers: I own the idea, plot and story, K.R.Y belongs to God and their family.

[Yesung POV]
Aaarggh!! Yesung pabo, kenapa buku itu sampai ketinggalan? Padahal didalamnya materi untuk ujian besok. Eh, ada suara piano dari kelas musik. Siapa? Malam-malam begini main piano. Suara pianonya indah. Tapi, yang menyanyi itu sangat tidak bagus.
Aku berjalan ke kelas musik, sampai di depan pintu, kulihat sesosok wanita berambut panjang sedang bermain piano sambil bernyanyi.
"suaramu, tekanan nadanya salah. Itu buruk sekali." ups, aku keceplosan.
Dia terlonjak kaget.
"nugu?" tapi dia masih membelakangiku.
"untuk apa kau kesini malam-malam?"
"ah, gwenchanna. Kau sendiri ngapain kesini?"
"ada buku yang tertinggal. Hanya itu."
"pergilah, aku tidak mau ada orang mendengar suaraku."
"hajiman,.."
"kalau kau memang tidak suka silahkan pergi. Aku tidak memintamu untuk mengomentari bagaimana suaraku."
Aku agak tersinggung dengan perkataannya tadi. Kemudian, aku berjalan mendekatinya.
"sombong sekali kau! Punya hak apa kau bicara seperti itu? Memangnya sekolah ini milikmu?"
Dia menoleh, melihatku dari ujung kepala sampai kaki.
"iya, aku memang anak sombong, egois, dan bersuara jelek. Dan perlu kau tau, aku bisa saja mengeluarkanmu dari sekolah ini hanya dengan satu kata. Karena aku adalah anak tunggal pemilik sekolah ini."
"aah, maafkan aku. Kutarik ucapanku kembali. Aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku sekali lagi."
Dia tidak menjawab, hanya tersenyum sinis dan kembali melanjutkan permainan pianonya yang sempat terganggu karena aku. Hey, ini! Ini lagu Andante!! Lagu kesukaanku. Dan aku bisa menyanyikan lagu itu seindah penyanyi aslinya..

geudaeui gieog dolgo dorabwado pihaegal su eobsneun geu mal,
heeojimui kkeute dala dasi dora dasi dora
neulisneulis ssahaon sumanheun gamjeongdo neulisneulis damaon sumanheun chueogdo
jogeumman deo ijeulge andante

Dia tercengang, melihatku heran. Lalu berkata "suaramu indah sekali."
"aku suka lagu ini. Kau juga suka?"
Dia mengangguk pelan. Matanya masih memandangi wajahku.
"boleh aku ikut bermain?"
"bo-boleh. Tentu saja boleh."

Sejak saat itu, tiap malam Rabu aku selalu ke sokolah untuk menemani (aku menyanyi, dia main piano) yeoja manis itu. Belakangan, kuketahui namanya Kim Ryeowook. Tapi, entah lupa atau kenapa, aku belum pernah 'resmi' berkenalan dengannya.
Sampai suatu hari (tepatnya malam ke 27 setelah aku bertemu pertama kali dengannya), aku melihat wajahnya begitu pucat dan lemah. Diminggu berikutnya, dia tidak datang. Aku khawatir, aku cemas, aku takut terjadi apa-apa dengannya. Aku begitu takut akan kehilangannya. Aku tidak mau.
Diminggu berikutnya lagi, sama saja. Dia tetap tidak datang. Paginya, aku browsing internet, mencari tau semua tentang yeoja bernama Kim Ryeowook itu. Ketemu, rumahnya di sekitar sungai Han. Aku tau tempat itu.

Rumahnya besar sekali, halamannya luas. Gedungnya megah. Terang saja, dia ini kan pemilik sekolahku, SM Senior high school.
"permisi, apa benar ini rumah Kim Ryeowook?" tanyaku dari luar. Aku tidak yakin ada orang yang mendengarnya. Karena, jarak pagar dengan pintu masuk cukup jauh.
KLEEK
Pagarnya terbuka? Ada orang yang mendengarnya? Impossible!
Keluarlah seorang wanita paruh baya yang kuyakin dia bekerja untuk Ryeowook "iya, ada perlu apa?"
"ah, aku ingin bertemu dengannya."
"mianhae, nona Ryeowook sedang dirawat di rumah sakit."
Bagai petir menyambar di tengah salju. Omona, kenapa?
"boleh aku tau alasannya?"
"aku juga tidak tau pasti. Tapi, akhir-akhir ini tubuhnya lemas sekali."
“rumah sakit yang mana?”
“tidak tau. Tapi aku yakin tidak jauh dari sini.”
Rumah sakit di dekat sini hanya RS Seoul. Pasti itu.

“noona, apa disini ada pasien bernama Kim Ryeowook?” tanyaku saat sudah sampai di rumah sakit.
“euung, tunggu sebentar..” resepsionis itu mulai membalik-balik kertas di depannya. “iya, Kim Ryeowook. Tapi, dia belum bisa ditemui saat ini.”
“waeyo?”
“dia sedang operasi. Kau bisa kembali besok.”
“MWO? Operasi? Kenapa?”
“yeoja itu kanker otak.”
“apa kanker otak lemah bisa disembuhkan?”
“hmm, menurutku kemungkinan untuk sembuh 100% kecil sekali.”
“baiklah kalau begitu, gamsahamnida..” aku membungkuk sedikit padanya, lalu pulang.

Keesokan harinya...
Semalaman aku tidak bisa tidur. Karena dia. Yeoja bernama Kim Ryeowook. Mataku sama sekali tidak bisa terpejam, setiap mencoba merem, pikiran tentang Ryeowook selalu menghampiri meminta dipikirkan. Aku tidak tenang. Aku rindu padanya, rindu saat dia bermain piano. Rindu saat dia mulai memarahiku karena berhenti menyanyi. Aku rindu saat mendengar suaranya yang agak cempreng. Aku rindu semua itu.
“Yesung-ya! Matamu kenapa?” tanya seseorang disebelahku yang membuat lamunanku buyar karenanya.
“ah, mata? ani. Aku tidak apa-apa.”
“apa semalam kau tidak tidur?” selidiknya antusias. Kulihat wajahnya, oh! Ini dia, Cho Kyuhyun.
“iya.” Jawabku cuek.
“kenapa? Apa semalam kau tidak tidur karena menonton film yadong?”
“Heh bocah! Aku ini bukan kau!” sahutku kesal.
“sembarangan memanggilku bocah! Dasar T-Rex!”
“sudahlah. Aku sedang malas bertengkar. Jangan ganggu aku!”
Aku meninggalkannya sendirian di kelas ini. Kemana aku akan pergi?
Hmm, sebaiknya aku ke ruang musik. Ini hari Selasa. Tidak ada kelas musik dari kelas 1-3.

Ruangan ini kosong. Tidak ada suara piano atau semacamnya. Yang ada hanya alat-alat musik terpajang rapi dalam lemari kaca. Kertas-kertas dan partitur-partitur lagu bertumpukan di meja yang berada disurut ruangan.
Kuambil salah satu partitur itu. Dengan judul ‘My Love My Kiss My Heart’ lalu kunyanyikan tanpa piano. Berharap Ryeowook mendengarnya dan mengiringi nyanyianku dengan piano itu.

Haruga ilnyeon gata gyesok naeryeoanneun nae gaseumi ni heunjeokman chatgo isseunikka myeotiljjae, Morae al gata bab han sudgal eokjiro samkyeobwado neo eobneun haruneun meomchweo isseo jigeum idaero

My Love, My Kiss, My Heart
Modu mudeodulke gaseumsok gipeun got Yeah~
One Love, One Kiss, To My Heart
Modu ijeobolke modu da jiwoolke

Ullyeodaeneun shimjangsori geojitmal gata i apeumdo ssitgyeojin beonjin geulssicheoreom neowa nan heureojyeosseo jiweojyeosseo, Sesangeun geudaeronde dulleobomyeon neoman nae gyeote eobneungeol, Neoreul irheun geol jeonbu irheun geol, dwedollin sudo eobneungeol Yeah~

Kkaejyeobeorin jogakgateun chueokdeulman  bakhyeo itneun geot gata, Nae shimjang gipi nae shimjang gipi nae shimjang gipi gipeun gose Oh- Oh-, Nunmullo beombeogi dwaen ni eolgulman, areun  georimyeo maemdolgo isseo maemdolgo isseo nae, modeungeol gajyeogan neo

Last Love, Last Kiss, Last Dream
Neoreul aneun gaseumi neomaneul gieokhae
Goodbye My Love My Kiss
Meomchwo isseul geot gata neo eobshi idaero
#np: My Love My Kiss My Heart- Super Junior K.R.Y

Lagu ini begitu menyedihkan, mungkin penciptanya pernah kehilangan orang yang amat sangat dicintai. Tanpa sadar, aku menangis. Air mataku jatuh begitu deras, entah karena liriknya atau aku teringat Ryeowook.
“waah, baru kali ini kulihat Yesung si pemarah menangis seperti anak kecil.” Sebuah suara menyebalkan itu terdengar lagi. Yak! Kyuhyun! Dasar setan, kemana aku pergi dia selalu gentayangan di dekatku, ck.
Cepat-cepat kuhapus air mata yang sudah banjir di pipi. Bersikap senormal mungkin. Tapi ada daya, dia sudah melihatku menangis.
“bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?!”
“Hah? Memang ini ruangan peribadimu? Siapa saja bisa masuk jika kelas kosong.”
“ini tidak kosong, ppabo! Ada aku disini!”
“ooh, aku keliru. Maaf.” terdengar nada ketus dari perkataannya barusan.
“keluar kau!!” bentakku agak keras. Bukannya keluar, dia malah melangkahkan kaki panjangnya memasuki ruangan ini. Lalu mengambil alih partitur dari tanganku.
“maumu apa sih?”
“mauku? Aku hanya iseng.” Biasanya, saat dia bilang seperti itu aku akan menggelitik pinggangnya sampai dia sakit perut. Tapi, tidak saat ini. Otakku tidak mengizinkan tanganku melakukan itu.
“kau sudah tau aku menangis. Sekarang aku lega, tidak perlu menangis sembunyi-sembunyi. Lakukan apa maumu.” Lalu aku berjalan ke piano. Menekan satu persatu tuts piano itu, kemudian air mataku jatuh lagi. Biarkan Kyuhyun melihatku seperti ini, kuharap ada malaikat yang datang memberi ilham padanya agar dia bisa menjadi penenang hatiku. KUHARAP. Tapi rasanya tidak mungkin.
“Yesung~ uljima, ada masalah apa?”
Kutengok wajahnya, tersirat ekspresi iba disana.
“aku,... aku merindukannya, Kyu~”
“nugu?” tanyanya. Disaat bersamaan, di duduk disebelahku.
“Ryeowook, Kim Ryeowook. Hiiks,...” aku menyeka air mata yang sudah terlanjur banyak ini dengan saputangan yang Ryewoook pinjamkan padaku. karena waktu itu, rhinitis-ku kambuh lagi. Dan aku belum sempat mengembalikan benda berwarna merah ini padanya.
“memangnya dia kemana?”
“sakit kanker otak--“ aku tidak melanjutkan kalimatku karena ada sesuatu yang bergetar di saku celanaku. Kurogoh saku, mengambil ponsel. Terpampang nomor asing. Siapa?
“yeoboseyo?”
“.....”
“jinjja? Gamsahamnida.”
“.....”
Aku langsung berlari keluar ruangan. Meninggalkan Kyuhyun yang bingung  karena tiba-tiba aku keluar tanpa ba-bi-bu. Hanya satu tujuanku. Kesana. Pergi ke tempat itu.
                                                                                      ***


Hari-hariku berjalan cepat. Berkat Ryeowook. Kini, penyakitnya sudah semakin jarang kambuh. Kuharap penyakit itu enyah dari tubuh pujaan hatiku. Ya, kalian tau, aku sudah resmi memperkenalkan diri + menjadi namjachingunya. *ProkProkProk* dan hampir setiap malam aku ke sekolah untuk menemuinya. Tentu saja untuk bermain piano atau sekedar berbincang dengan yeoja bermarga Kim itu. Sekarang, aku lebih akrab memanggilnya Wookie.
Wookie-ah, kemampuan menyanyimu semakin baik. Seharusnya kau jadi artis saja.” Pujiku saat mendengar suranya yang sudah merdu.
“aah, tidak. Kurasa tidak. Aku yakin hidupku sudah tidak lama lagi..”
Aku menenggelamkan wajahnya ke pelukan hangatku. Inilah saat yang paling harapkan. Tapi, aku tidak berharap dia mengatakan hal mengerikan itu.
“jangan bilang seperti itu. Berdoa-lah semoga kau panjang umur.”
“oppa~ apa yang kau lakukan? Lepaskan aku.” Tangan mungilnya mulai memukul-mukul dadaku pelan.
“aku? Aku hanya memelukmu. Apa salah, hm?”
“oppa~ tapi tidak seperti ini. Kau tidak boleh melakukannya. Lepas!” tangannya semakin ‘ganas’ memukul dadaku. Haaduh~ rasanya dadaku bisa hancur jika diperlakukan seperti ini.
“kau mau aku melepas pelukan ini? Berjanjilah padaku kau tidak akan mati karena kanker itu, arraseo?” aku menautkan kepalaku di pucuk kepalanya. Sekarang, dia sudah tenang dan mulai mengambil posisi yang nyaman untuk menikmati pelukanku.
“tidak. Kematian tidak bisa ditunda atau dihindari. Dan aku, bisa saja mati sekarang.”
Kurasa dari perkataannya tadi ada benarnya. Tapi, aku tidak akan pernah mau melepasnya. Karena hatiku terlanjur menempel dengan hatinya. Jika salah satu bagian hati ini lepas, otomatis bagian lainnya akan mati.
“heh, apa yang kau lamunkan?”
“ah, oh tidak. Tidak ada. Wookie-ya, berjanjilah padaku kau tidak akan pergi tanpa sepengetahuanku. Jebaaal~”
“what? Kau kira aku ini bayimu yang harus selalu dijaga, eoh?”
“aku tidak bilang seperti itu, kok. Berjanjilah.”
“ok, sebelum aku berjanji, bisakah kau melepas pelukan ini?”
Aku melepas tanganku. Melepas pelukan yang tidak kuinginkan. Wajahnya sudah memerah seperti tomat merah kesukaan umma author *abaikan*
“aku, Kim Ryeowook. Berjanji dengan setulus hati tidak akan pergi tanpa sepengetahuan Kim Yesung, pacarku yang sangat tampan, pintar menyanyi dan......cerewet. sudah puas?” dia mengecilkan volumenya saat berkata ‘cerewet’. Dasaar~
“Uuuhh, neomu kyeopta Wookie nae chagi.” Aku mencubit gemas pipinya. Sebenarnya niatku mencubit pipinya adalah ‘menghukumnya’ karena mengejekku cerewet.
“appo~ Yesung-ah!” bibirnya mengerut lucu. Gleek.. hajima, Yesung. Jangan cium bibir itu. Kau tidak boleh melakukannya. Sama sekali tidak boleh!
“Yesung-ah! Kenapa kau geleng-geleng kepala? Apa aku jelek?”
“uh, euum tidak. Kau sangat cantik, kau wanita tercantik yang pernah kutemui. Oh, iya! Aku baru ingat, aku ada janji dengan Kyuhyun. Aku pulang ya...” aku beranjak dari kursi dan berjalan keluar ruangan. Ya tuhaan~ sebenarnya aku masih ingin duduk disana. Tapi, dari pada melakukan hal yang tidak-tidak, lebih baik aku pulang..
“Yesung-ah!” panggilnya dari dalam. Huuuft.. jangan. Jangan. Yesung tidak boleh melakukan itu.
“mianhae, Kim Ryeowook. Tapi, aku harus datang kesana. Hati-hati di jalan.” Kakiku masih terpaku disini. Tidak mau berjalan keluar sekolah.
“ha? Seharusnya aku yang bilang ‘hati-hati di jalan’ tau!” teriaknya dari dalam (lagi) dengan nada lucu.
                                                                                       ***
                                                                                       ***
3 months later..
“bagaimana teaternya?”
“Aarrgh!! Aku nggak suka!! Kenapa kau mengajakku menonton pertunjukkan menjijikan seperti itu, hah?!” Ryeowook memukul lenganku. Uugh, biar kecil, tenaganya sangat kuat. Aku pernah dibuat cedera karena pukulannya itu >///<
“menjijikkan? Itu hanya pembunuhan. Tidak usah takut, Wookie.” Iya, pembunuhan: mutilasi. Sebenarnya aku juga takut, tapi biarkan Ryeowook ketakutan dan memegang lenganku sepanjang pertunjukkan. Huahaha #EvilSmirk
“pokoknya aku tetap tidak suka!”
“tapi kan ada adegan piano. Aku suka, kok.”
“iya, tapi hanya 4 menit! Huh, aku marah sama Yesung.” Dia membelakangiku.
“Padahal aku ingin mengajakmu ke toko piano. Ya sudah kalau tidak mau. Aku pergi sendiri saja.” Aku berjalan menjauhinya. Tapi, aku tau. Ini takkan lama.
“eh Yesung! Kutarik lagi ucapanku. Tunggu!Aku ikut.”

[Author POV]
Yesung masih saja berjalan dengan senyum jahil menghiasi bibirnya. Dari arah jalan, ada sebuah truk yang melaju kencang. Tapi, sang sopir tidak mengetahui bahwa remnya blong.
“YESUUUUNG~~!!!” Ryeowook berteriak ketakutan. Dia tidak berani melihat.
Dengan santainya, Yesung terus berjalan menyebrangi jalan tanpa menoleh ke arah Ryeowook.
 “YESUUUUNG!!! AWAAAAS!” sekali lagi Ryeowook berteriak. Namun terlambat, truk itu terlanjur menabrak tubuh Yesung. Tubuhnya terpental beberapa meter. Sementara truk yang menabraknya itu kabur. Ryeowook berlari menghampiri Yesung. Setiap langkahnya diiringi air mata yang jatuh membasahi pipinya.
“Yesung!! Ireona! Kau harus bangun! Ayo bangun. Buka matamu. Aku tidak suka Yesung seperti ini. Ayo cepat buka matamu. Aku tau kau bisa mendengarku. Cepat buka! Hiiks...” Ryeowook menangis histeris.
“Woo..Wookie, mi..mian..mianhae..ak..aku...tidak...kuat..hhh..hh”Ujar Yesung dengan napas yang hampir putus.
“tidak, jangan pergi. Oppa, dengar! Jangan tinggalkan aku! Jangan, jangan pernah!”
tangisan Ryeowook menjadi-jadi saat Yesung berkata, “hhmmhh..a..aku..mi..minta..ma..”ucapan Yesung menggantung. Disaat bersamaan, matanya mulai tertutup & denyut nadinya berhenti.
“ani, Yesung! Maldo andwae, CAN YOU HEAR ME??”
-
-
-
niga animyeon andwae
neo eobsin nan andwae
na ireoke haru handareul tto illyeoneul
na apado joha
nae mam dachyeodo joha nan
geurae nan neo hanaman saranghanikka

na du beon dasineun                                         
bonael su eopdago
na neoreul itgo salsun eopdago...
#np: It Has To Be You-Yesung

Perlahan tapi pasti, butiran-butiran bening jatuh membasahi pipi Ryeowook. Air mata yang jatuh dari dasar hati. Kepedihan yang amat mendalam. Kerinduan yang tidak akan pernah terobati. Kini, dia sendiri. Tidak ada lagi sosok Yesung yang mengiringinya bermain piano lagi. Sendirian. Itulah hal yang paling tidak diinginkan Ryeowook.
“hiks.. oppa~ mianhae, jeongmal mianhae.” Bisik Ryeowook disela-sela tangisnya.
‘aku tidak apa-apa.’ Sayup-sayup ada seseorang yang menjawab.
“Sung...Aaakkhhh, appooo!!!” tiba-tiba Ryeowook berteriak kesakitan.
                                                                                ***

Ryeowook sedang berjalan-jalan menyusuri koridor sekolah Yesung. Wajahnya tampak pucat. Sekelilingnya hanya ada kesunyian. tidak ada orang. Kosong melompong.
Diujung koridor, terdapat sesosok namja berpakaian putih bersinar sedang berdiri diam. Pandangannya hanya tertuju kepada Ryeowook. Entah manusia atau bukan, pria itu tampak transparan.
“Yesung, itu kau?” tanya Ryeowook lirih. Pria itu mendekat, mendekat. Sekarang jarak kedua ‘makhluk’ itu hanya 20 sentimeter.
Ryeowook menagis haru. Tidak percaya dengan apa di depannya. Benar. Itu memang Yesung.
“Ryeowookie, aku merindukanmu.” Kemudian, Yesung memeluk erat tubuh Ryeowook.
“Yesung, maafkan aku.”
“kenapa kau meminta maaf? Aku bersamamu. Sekarang, aku bahagia bisa bertemu denganmu lagi.”
Ryeowook tidak menjawab pertanyaan Yesung. Tapi, tersenyum bahagia dan memeluk Yesung semakin erat.

-THE END-

Selesai jugaaaa~~~~ senang deh J. Mian, ini FF terburuk yg pernah saya buat. RCL ditunggu~~ :*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar