Author : @Fifi_CloELF
Cast : Kim Yesung,
Choi Sunhyun (OC)
Support Cast : Find Them
Genre : Angst, Romance, Sad Ending, Tragedy, Character Death etc.
Rating : PG
Length : Oneshoot (2.254 word)
Summary : Tuhan merengggut semua yang kumiliki.
WARNING: Typo bertebaran dari Sabang sampai Papua Nugini. Siapkan kantong plastik,
siapa tau anda akan muntah.
Note: hanya satu
pesan saya. LEBIH BAIK TINGGALKAN LINK INI DARIPADA ANDA TIDAK MEMBACA DAN
MENGKLIK (y)!! SAYA SANGAT JIJIK DENGAN YANG NAMANYA; SILENT READER! YANG SAYA
BUTUHKAN ‘HANYA’ R&R (read and review) tolong mengertilah.
Recomended song :
-My Love, My Kiss, My Heart— Super Junior KRY
-For One Day— Yesung
-7 Years of Love— Kyuhyun
____________________________________________________________
Kenapa aku
dilahirkan? Kenapa aku harus ada didunia ini? Kenapa harus terjadi semua
kejadian mengerikan itu? Kenapa? Aku tidak bisa mengerti – Choi Sunhyun
(===Story
Begin===)
[Sunhyun POV]
Annyeong Haseyo,
Aku Choi Sunhyun. Aku mahasiswi semester akhir di Universitas Sunmoon. Heeem,
tentang kata-kata akhir, aku ingin sekali hidupku cepat berakhir. Kenapa?
Karena aku tidak tahan dengan semua cobaan yang menerpaku. Cobaan yang datang
silih-berganti sejak aku kecil. Cobaan yang benar-benar membuatku hampir gila
karenanya. Bahkan aku pernah beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Tapi, orang itu selalu datang dan mencegahku melakukan itu. Selalu orang yang
sama. Dan karena dia, aku masih mencoba bertahan menghadapi kehidupan ini.
Kenapa aku dilahirkan?
Aah, pertanyaan
bodoh itu lagi! ‘Kenapa aku dilahirkan?’ pertanyaan yang sangat kubenci namun
tak bisa lepas dari pikiranku. Pemikiran bodoh seorang Choi Sunhyun.
“Sunhyunie~
sedang apa kau disini?” tegur seseorang.
Ooh, dia lagi.
Kenapa setiap melihat wajahnya aku merasa pikiranku menguap pergi entah kemana.
Wajahnya begitu menenangkan, membuatku relaks.
“yak! Choi
Sunhyun.” Dia membuatku tersadar dari lamunan untuk yang kedua kalinya. Aku
hanya merespon dengan mencoba tersenyum.
Detik
selanjutnya, aku baru menyadari aku lupa bagaimana caranya tersenyum. Jadi aku
hanya menundukkan kepala malu.
“hng, ternyata
kau lupa caranya tersenyum.” Tepat setelah itu, ia kembali mengungingkan seulas
senyum.
“aah, aniya,.
Aku, aku hanya—“ jawabku gelagapan.
“geumamhae. Ayo kita
ke kelas.” Katanya memotong omonganku sambil menjulurkan tangan kanannya. Apa
maksudnya? “ayo kita ke kelas. Tunggu apa lagi, eoh?”
Omo, dia menarik
lembut tanganku. Senang sekali. Ingin sekali aku bisa kembali tersenyum seperti
dulu. Tapi, tersenyum bagiku sudah menjadi sejarah. “gomawo.” Ucapku
tertahan.
***
@Central park,
4pm
‘Tess’ akhirnya
pertahananku runtuh juga. Air mata yang sedari kutahan kini telah meluncur
bebas di pipi tirusku. Jika sudah sendirian seperti ini, rasanya sulit untuk
tidak menangis. Aah, dasar gadis cengeng!
Yak! Aku memang
cengeng. Aku tidak peduli, saat ini air mataku sudah banjir, isak tangis tak
bisa lepas mengiringi jatuhnya air mataku. Aku tidak peduli orang mau berpikir
aku tidak waras, keterbelakangan mental, gila atau apapun *semua sama* aku
tidak peduli. Yang kupeduli saat ini hanyalah hatiku yang sudah tercabik ganas
oleh semua itu. Kegembiraan dan senyuman berganti oleh kesedihan dan air mata.
Kenapa? God, where’s you’re miracle? I need that!!
“hng, uljima ne?”
ucap seseorang tepat disebelahku. Bersamaan dengan itu, ia menyodorkan sehelai
saputangan berwarna putih padaku. “pakailah, usap air matamu.” Katanya lagi.
“go-gomawo,
Yesung-ah.” Aku mengambil saputangan itu, mengusap air mata yang masih
mengalir.
“ne, jangan
menangis lagi ya?”
“aku tidak tau.
Sampai kapan hidupku menyedihkan seperti ini? Kenapa aku dilahirkan? Kenapa aku
harus ada di dunia ini? Aku—“
“Yak! Seharusnya
kau bersyukur bisa dilahirkan dan tumbuh dewasa seperti sekarang. Aku benci,
sangat benci kenapa kau selalu berpikir ‘kenapa aku dilahirkan?’ kenapa? Kenapa
kau berpikir seperti itu?
Ketahuilah, jutaan orang diluar sana berusaha
setengah mati untuk mempertahankan napas mereka. Mereka sangat menginginkan
hidup. Sedangkan dirimu, entah kenapa kau sangat membenci hidup. Aku tak
mengerti jalan pikiranmu.”
“Kau tidak tau
apa-apa! Semua yang kucintai selalu pergi dan tak akan pernah kembali. Ayahku,
ibuku, kemana mereka semua? Kemana orangtuaku? Mengapa mereka pergi disaat aku
masih membutuhkan perhatian dari mereka? Sungguh, ini semua sangat rumit.
Rasanya aku ingin mati saja.” Aku melempar saputangan putih yang telah basah
oleh air mata itu ke sembarang tempat. Dan kembali menangis sambil membungkam
wajahku dengan kedua telapak tanganku.
“tapi kan, kau
masih memiliki seorang oppa yang sangat mencintaimu, ingat itu. Choi Siwon, dia
seorang kakak yang baik. Uljima,..” pria sipit itu mencoba menenangkanku dengan
mengusap pelan pucuk kepalaku.
“Tidak! Pergi kau
dari sini! Biarkan aku sendiri. Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu!”
“Tuhan memberiku
hadiah yang paling berharga, yang tidak bisa tergantikan oleh apapun, yaitu
dirimu. Kau dilahirkan untukku.” Ucapnya.
“eh? dangsin saeng-gag-eun eottaeyo ?(Apa katamu?)”
aku tersentak dan secepat kilat menatap wajah Yesung lekat-lekat.
“kau tau, sejak
pertama kali melihatmu, aku berpikir kau adalah gadis yang charming. Aku
menyukaimu. Aku sangat menyukaimu. Tuhan telah memberiku hadiah yang tak
terhingga.”
GLEEK. Aku
menelan ludahku sendiri. Apa topik ini akan berakhir dengan,...?
“karena dari itu,
jika kau mati, aku tidak akan punya lagi hadiah yang bisa kucintai. Will you be
my girl?” Yesung mengeluarkan sebuah kotak beludru merah kecil berbentuk hati
dari saku celanya.
“aku takut.”
Kupalingkan wajahku menghadap pohon besar di sebelah kiriku. Sungguh, aku tak
benani menatap wajah Yesung lagi.
“takut kenapa?”
tanyanya lalu mengapit daguku dengan jari jempol dan telunjuknya. Seketika, posisi
kepalaku tepat berhadap muka dengannya.
“aku takut cintaku pergi.” Jawabku singkat dan
kembali memalingkan wajah. “hiiks,..” sebuah isakan kecil lolos dari mulutku.
“I’ll always
beside you. Don’t be afraid. Sunhyunie~ lihat aku.” Ia kembali menarik wajahku.
Untuk kali pertama, ia menatapku seteduh ini.
“bagaimana kau
bisa menepati janjimu?” tanyaku masih berlinangan air mata.
“aku akan selalu
mencintaimu. Pakailah cincin ini.” Ia menyematkan cincin berwarna perak itu di
jari manisku.
Chuu~
Ia mengecup
lembut keningku yang tersibak poni. Jadi seperti ini rasanya,.?
***
“chagiya~...”
sapa seseorang yang sangat tidak asing lagi bagiku. Dan dia menyapaku, ‘chagiya’?
“ha? Nugu?
Naega?” tanyaku heran sambil menunjuk diriku sendiri.
“ne, tentu saja. Tidak ada orang selain dirimu
disini.” Ujarnya kemudian duduk disebelahku. “boleh aku tanya satu hal?”
sambungnya setelah beberapa detik terdiam.
“ya. Apa yang
ingin kau tanyakan?”
“kenapa kau suka
duduk menyendiri disini?”
“karena tempat
ini sepi. Jarang ada orang mampir kemari. Makanya aku suka.” Aku sedikit
menggeser posisiku agar jarak duduk kami tak terlalu dekat.
“apa kau tidak
kesepian?”
“.......” aku
menunduk sedih. Aku benar-benar tak tau apa yang harus kukatakan.
“geumamhae.
Abaikan ucapanku barusan.” Ucap Yesung dengan nada menyesal.
“Yesung-ya~
kenapa kau selalu mendekatiku akhir-akhir ini?”
“tuuuu.” Matanya
mengarah ke jari manisku. Oh, ternyata karena cincin yang tersemat ini. “karena
sekarang kau yeojachingu-ku.” Jawabnya.
“apa orang
berpacaran selalu pergi berdua?”
“tidak juga. Aku
hanya merasa nyaman bila berada di dekatmu. Itu saja. Apa kau merasa terganggu
dengan kehadiranku?”
“aniyo. Sama
sekali tidak. Aku senang ada yang ingin berbicara denganku.”
‘Every single day
I try. Jeongmal geoui da wasseo. We get closer to a good time. Silyeondeule Say
goodbye o~’ ponselku berbunyi. Tanpa melihat siapa yang
menelepon, aku segera mengangkatnya.
“yeoboseyo,...nde,
saya sendiri. Anda siapa ya?....tidak mungkin, Ya Tuhanku...”
Seluruh tenagaku
menguap entah kemana. Aku terduduk lemas, menatap nanar kedepan. Berusaha untuk
menahan butiran bening yang menggenang di rongga mataku.
“mwohaneungoya,
Hyunnie?” tanya Yesung bingung.
“hiiks~ Siwon
oppa,..hiks..” dua isakan tangis lolos. Air mata sudah tak bisa dibendung. Saat
itu juga, aku bergerak memeluk pinggang Yesung. Dan itu membuatnya terkejut.
“apa yang
terjadi? Choi Sunhyun, ada apa?”
“Siwon oppa~ dia,
dia tewas..hiks..” aku membenamkan wajahku ke dada bidangnya. Seolah
menyalurkan rasa sedihku padanya.
***
[Author POV]
Sudah 1 minggu
sejak kematian Choi Siwon, kakaknya Sunhyun. Juga sudah 1 minggu juga Sunhyun
tidak keluar rumah, tidak kuliah, tidak berbuat apa-apa selain meringkuk diam
di pojok kamarnya. Meratapi takdir pahit yang menerpa hidupnya. Keadaannya
menyedihkan, wajahnya pucat pasi, bibinya mengering hingga pecah-pecah, entah
sudah berapa hari ia tidak makan. Tapi, bagaimana ia bisa meyuapi mulutnya
sendiri jika untuk berdiripun saat ini ia tidak mampu? Setiap detik, setiap
menit, setiap jam. Hanya air mata yang menemani waktu-waktunya. Menangisi sosok
yang tidak akan pernah muncul dihadapannya lagi.Tapi, kenapa ia tetap menangis?
Padahal sosok pria itu tak akan kembali karena tangisannya. Entah. Manusia
memang aneh.
“Took~ Took..”
suara ketukan pintu memecahkan keheningan.
“maa...suuuk..” Sunhyun
mengizinkan orang yang berada di balik pintu untuk masuk.
KLEEK
Sedetik kemudian,
muncullah sesosok pria bersurai merah dari balik pintu itu. Wajahnya terlihat
sangat gembira, namun ekspresinya berubah 3600 saat melihat kondisi
Sunhyun yang sangat kacau.
“Ya tuhan~... apa
yang terjadi denganmu, chagiya?” tanya Yesung –pria itu- sambil meletakkan kotak
berisi makanan yang dibawanya dan segera menghampiri Sunhyun yang terduduk
lemah di lantai.
“aniya,..” jawab
Sunhyun dengan sisa tenaga yang ada.
“apa kau sudah
makan? Mau makan denganku?” tanya Yesung –lagi-
“tidak usaah..aku
kehilangan selera makanku...aku tidak mau makan...”
“sudah berapa
hari kau duduk disini?”
Sunhyun
mengisyaratkan angka empat.
“ayo, buka
mulutmu. Makanlah, ini bubur enak. Aaa~” Yesung menyodorkan sesendok makan
bubur pada mulut Sunhyun. Namun mulut gadis 23 tahun itu tertutup rapat. Tak
ada tanda-tanda ia akan membuka mulutnya. “kajja, bubur ini sangat enak.” Rayu
Yesung untuk kesekian kalinya.
“Yesung, kau
mencintaiku?” tanya Sunhyun tiba-tiba.
“eh?....ya. tentu
saja, aku sangat mencintaimu.”
“kau akan
melakukan apa saja asalkan aku bahagia kan?” Yesung meletakkan sendok berisi
bubur itu ke mangkuk kembali. Detik ini, perkataan Sunhyun mengalihkan
perhatiannya. “ne, apa yang kau mau?”
“izinkan aku
bunuh diri. Itu akan membuatku bahagia.”
“tidak. Tidak
bisa. Aku tidak akan mebiarkanmu bunuh diri. Tidak boleh dan tidak bisa.”
“apa kau lebih
memilih aku mati perlahan karena sakit hati?”
“...” Yesung
diam. Salah bicara sedikit saja bisa berakibat fatal.
“hmm..” Sunhyun
bergumam. Kemudian, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan gontai keluar kamar.
“Yak! Kau mau
kemana?” tanya Yesung setengah berteriak.
PRAANG!!
Terdengar suara benda
pecah belah dari dapur. Kontan, Yesung yang masih berpikir diam sambil memegang
mangkuk berisi bubur langsung menghambur ke asal suara.
“Tidak, Sunhyun.
Jangan lakukan itu.” Ucap Yesung berusaha mencegah benda tipis berbahan besi
itu –pisau- melukai pergelangan tangan Sunhyun.
“Jangan paksa aku
untuk tidak melakukan ini. Menjauhlah dariku. Biarkan aku mati!!” Sunhyun
beringsut mundur dan terus mendekatkan pisau dapur itu ke tangannya.
Satu...
Dua...
Tiga...
“selamat tinggal,
Yesung. Aku tidak akan melupakanmu. Hiyaaaa~~!!!!” Gadis itu menghunuskan pisau
itu ke tangannya.
“ANDWAAAAAEEEEE!!!!”
Yesung berlari secepat mungkin berusaha mengalahkan kecepatan pisau itu.
Dan..
CLAAAP!!
BRUUUUK!!
Yesung jatuh
dengan suara debuman yang cukup keras. Pisau itu, ya. Pisau itu tertanam rapi
di punggungnya. Detik selanjutnya, darah segar yang cukup banyak mulai
menghiasi pakaian yang ia kenakan.
“k...kau...tid..ak...boleh....ma..ti..chag...”
ucapan Yesung menggantung. Detik itu juga, matanya mulai tertutup. Dan itulah
akhir riwayat seorang Kim Yesung...
“YESUUUUUUNG!!!”
Sunhyun berteriak sejadi-jadinya melihat namjachingu-nya terbaring tak berdaya
oleh ulahnya sendiri. “Yesung, ireonna! Ireonna! Nal tteonaji mara (jangan
tinggalkan aku) Yesung~ Tidak! Kau tidak boleh mati!” Sunhyun
mengguncang-guncang tubuh Yesung yang mulai kaku. Namun tak ada reaksi.
“Aaaakh!!” Ia
mencabut pisau yang menancap itu, menyisakan luka tusuk yang cukup dalam.
Sunhyun menatap pisau penuh darah itu dengan nanar. Dengan sendirinya, air mata
turun. Membasahi pipinya.
***
Bau busuk menyeruak
mengisi seluruh ruangan redup itu. Membuat tak ada satupun celah untuk mengirup
udara segar. Selangkah demi selangkah, orang itu maju perlahan kearah sebuah
benda yang samar-samar seperti manusia yang sudah tak bernyawa. “astaga!” orang
itu terlonjak kaget. Tak lama, ia menemukan selembar kertas yang ditulis dengan
pulpen merah. Isinya;
“pertama, aku
ingin minta maaf pada Yesung; karenaku, ia tewas. Siwon oppa; karena aku tidak
bisa menjadi adik yang baik. Dan juga untuk semua orang, aku minta maaf atas
kesalahanku yang disengaja maupun tidak.
Kekuatan yang telah membuatku tetap hidup sudah sirna. Semangatku untuk
melanjutkan napas sudah tidak ada. Kurasa inilah jalan terbaik untukku. Mati
dengan cara seperti ini. Aku tau, ini menyalahkan takdir. Tapi untuk satu
alasan, aku tidak bisa melanjutkan hidup. Aku tidak bisa berlama-lama seperti
ini. Aku telah mengakhiri semua ini. Tidak akan ada lagi kesedihan,
kesengsaraan, dan penderitaan. Untuk orang yang kutinggalkan, kuharap kalian
semua tidak ada dendam padaku. Kumohon maafkan aku.
-Wanita yang
hidupnya menyedihkan, Choi Sunhyun-“
“kenapa seperti ini,
hmm?” orang itu –detektif bernama Lee Donghae- menyalakan saklar lampu.
Sekarang, tubuh Sunhyun yang dipenuhi oleh belatung itu terekspos jelas didepan
Donghae. Sejenak ia bergidik ngeri. Kemudian ia merogoh sesuatu di sakunya.
“yeoboseyo,
Inspektur Leeteuk,...aku menemukan mayat disini...namanya Choi Sunhyun, adik
dari pria bernama Choi Siwon yang tewas akibat tertabrak mobil sebulan yang
lalu itu,....kurasa ia sudah tewas lebih dari seminggu yang lalu...tidak, ini
murni bunuh diri.....aku bisa pastikan itu. Ia tewas bunuh diri....ia
meninggalkan selembar pesan...disekitarnya terdapat sebotol obat penenang dan
pisau yang ujungnya ada bercak darah. Lantainya juga ada beebrapa tetes darah
mengering....ne, arraseo.”
Piip. Donghae memutuskan
sambungan telepon.
“hmmm,..” Donghae
menggumam sejenak memperhatikan mayat busuk didepannya. Ia sama sekali tidak
merasa jijik dengan ribuan belatung yang hinggap di tubuh itu.
Malam kembali
senyap.
=m=
Menurutku, hidup
adalah ujian. Ujian yang sangat sulit. Aku butuh bantuan. Tapi, semua bantuan
itu hilang. Aku tidak lagi memiliki opsi selain mati dengan cara seperti ini.
Jika dibandingkan sengan seekor semut kecil, mungkin posisi kami sama.
Sama-sama tidak ada artinya. –Choi Sunhyun.
Hidup. Sebuah
kata sederhana namun memiliki arti besar. Aku mencintaimu, Sunhyun. Aku
mencintaimu melebihi rasa cintaku pada diriku sendiri. Aku akan membuatmu tetap
hidup walau t`ruhannya nyawaku sendiri. Dan aku tidak akan bisa memaafkan
diriku sendiri jika kau mati disaat belum seharusnya kau mati. –Kim Yesung.
-The End-
Fiiuh *lap
keringet* akhirnya, setelah 3 hari berkutat dengan MS Word, selesai juga ni FF
*Yee~ prok prook* saya ingatkan: jika anda hanya memberikan jempol, tidak
memberi komentar, lebih baik tidak usah. Yang saya butuhkan hanyalah komentar
membangun, kritikan dan saran. Tolong hargai saya, berlelah-lelah mengetik,
muter otak cari inspirasi, menyita sebagian waktu. Apa itu pantas?? Saya tidak
peduli berapa banyak jempol yang saya terima. Yang saya butuhkan hanya ‘r-ead
and r-eview’ jika tidak ingin membaca, anda tinggal hapus link ini.
Hueheh, mian kalo
aku terlalu galak.. R&R SANGAT diperlukan J
DAEBAKK!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar