Rabu, 03 Oktober 2012

[ONESHOOT] Sadness

Author   : @Fifi_CloELF
Cast       : Kim Yesung, Choi Sunhyun (OC)
Support Cast  : Find Them
Genre   : Angst, Romance, Sad Ending, Tragedy, Character Death etc.
Rating   : PG
Length  : Oneshoot (2.254 word)
Summary   : Tuhan merengggut semua yang kumiliki.
WARNING: Typo bertebaran dari Sabang sampai Papua Nugini. Siapkan kantong plastik, siapa tau anda akan muntah.
Note: hanya satu pesan saya. LEBIH BAIK TINGGALKAN LINK INI DARIPADA ANDA TIDAK MEMBACA DAN MENGKLIK (y)!! SAYA SANGAT JIJIK DENGAN YANG NAMANYA; SILENT READER! YANG SAYA BUTUHKAN ‘HANYA’ R&R (read and review) tolong mengertilah.
Recomended song   :  -My Love, My Kiss, My Heart— Super Junior KRY
                                 -For One Day— Yesung
                                 -7 Years of Love— Kyuhyun
____________________________________________________________
Kenapa aku dilahirkan? Kenapa aku harus ada didunia ini? Kenapa harus terjadi semua kejadian mengerikan itu? Kenapa? Aku tidak bisa mengerti – Choi Sunhyun

(===Story Begin===)
[Sunhyun POV]
Annyeong Haseyo, Aku Choi Sunhyun. Aku mahasiswi semester akhir di Universitas Sunmoon. Heeem, tentang kata-kata akhir, aku ingin sekali hidupku cepat berakhir. Kenapa? Karena aku tidak tahan dengan semua cobaan yang menerpaku. Cobaan yang datang silih-berganti sejak aku kecil. Cobaan yang benar-benar membuatku hampir gila karenanya. Bahkan aku pernah beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Tapi, orang itu selalu datang dan mencegahku melakukan itu. Selalu orang yang sama. Dan karena dia, aku masih mencoba bertahan menghadapi kehidupan ini.
                Kenapa aku dilahirkan?
Aah, pertanyaan bodoh itu lagi! ‘Kenapa aku dilahirkan?’ pertanyaan yang sangat kubenci namun tak bisa lepas dari pikiranku. Pemikiran bodoh seorang Choi Sunhyun.
“Sunhyunie~ sedang apa kau disini?” tegur seseorang.
Ooh, dia lagi. Kenapa setiap melihat wajahnya aku merasa pikiranku menguap pergi entah kemana. Wajahnya begitu menenangkan, membuatku relaks.
“yak! Choi Sunhyun.” Dia membuatku tersadar dari lamunan untuk yang kedua kalinya. Aku hanya merespon dengan mencoba tersenyum.
Detik selanjutnya, aku baru menyadari aku lupa bagaimana caranya tersenyum. Jadi aku hanya menundukkan kepala malu.
“hng, ternyata kau lupa caranya tersenyum.” Tepat setelah itu, ia kembali mengungingkan seulas senyum.
“aah, aniya,. Aku, aku hanya—“ jawabku gelagapan.
“geumamhae. Ayo kita ke kelas.” Katanya memotong omonganku sambil menjulurkan tangan kanannya. Apa maksudnya? “ayo kita ke kelas. Tunggu apa lagi, eoh?”
Omo, dia menarik lembut tanganku. Senang sekali. Ingin sekali aku bisa kembali tersenyum seperti dulu. Tapi, tersenyum bagiku sudah menjadi sejarah. “gomawo.” Ucapku tertahan.
***
@Central park, 4pm
‘Tess’ akhirnya pertahananku runtuh juga. Air mata yang sedari kutahan kini telah meluncur bebas di pipi tirusku. Jika sudah sendirian seperti ini, rasanya sulit untuk tidak menangis. Aah, dasar gadis cengeng!
Yak! Aku memang cengeng. Aku tidak peduli, saat ini air mataku sudah banjir, isak tangis tak bisa lepas mengiringi jatuhnya air mataku. Aku tidak peduli orang mau berpikir aku tidak waras, keterbelakangan mental, gila atau apapun *semua sama* aku tidak peduli. Yang kupeduli saat ini hanyalah hatiku yang sudah tercabik ganas oleh semua itu. Kegembiraan dan senyuman berganti oleh kesedihan dan air mata. Kenapa? God, where’s you’re miracle? I need that!!
“hng, uljima ne?” ucap seseorang tepat disebelahku. Bersamaan dengan itu, ia menyodorkan sehelai saputangan berwarna putih padaku. “pakailah, usap air matamu.” Katanya lagi.
“go-gomawo, Yesung-ah.” Aku mengambil saputangan itu, mengusap air mata yang masih mengalir.
“ne, jangan menangis lagi ya?”
“aku tidak tau. Sampai kapan hidupku menyedihkan seperti ini? Kenapa aku dilahirkan? Kenapa aku harus ada di dunia ini? Aku—“
“Yak! Seharusnya kau bersyukur bisa dilahirkan dan tumbuh dewasa seperti sekarang. Aku benci, sangat benci kenapa kau selalu berpikir ‘kenapa aku dilahirkan?’ kenapa? Kenapa kau berpikir seperti itu? 
Ketahuilah, jutaan orang diluar sana berusaha setengah mati untuk mempertahankan napas mereka. Mereka sangat menginginkan hidup. Sedangkan dirimu, entah kenapa kau sangat membenci hidup. Aku tak mengerti jalan pikiranmu.”
“Kau tidak tau apa-apa! Semua yang kucintai selalu pergi dan tak akan pernah kembali. Ayahku, ibuku, kemana mereka semua? Kemana orangtuaku? Mengapa mereka pergi disaat aku masih membutuhkan perhatian dari mereka? Sungguh, ini semua sangat rumit. Rasanya aku ingin mati saja.” Aku melempar saputangan putih yang telah basah oleh air mata itu ke sembarang tempat. Dan kembali menangis sambil membungkam wajahku dengan kedua telapak tanganku.
“tapi kan, kau masih memiliki seorang oppa yang sangat mencintaimu, ingat itu. Choi Siwon, dia seorang kakak yang baik. Uljima,..” pria sipit itu mencoba menenangkanku dengan mengusap pelan pucuk kepalaku.
“Tidak! Pergi kau dari sini! Biarkan aku sendiri. Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu!”
“Tuhan memberiku hadiah yang paling berharga, yang tidak bisa tergantikan oleh apapun, yaitu dirimu. Kau dilahirkan untukku.” Ucapnya.
“eh? dangsin saeng-gag-eun eottaeyo ?(Apa katamu?)” aku tersentak dan secepat kilat menatap wajah Yesung lekat-lekat.
“kau tau, sejak pertama kali melihatmu, aku berpikir kau adalah gadis yang charming. Aku menyukaimu. Aku sangat menyukaimu. Tuhan telah memberiku hadiah yang tak terhingga.”
GLEEK. Aku menelan ludahku sendiri. Apa topik ini akan berakhir dengan,...?
“karena dari itu, jika kau mati, aku tidak akan punya lagi hadiah yang bisa kucintai. Will you be my girl?” Yesung mengeluarkan sebuah kotak beludru merah kecil berbentuk hati dari saku celanya.
“aku takut.” Kupalingkan wajahku menghadap pohon besar di sebelah kiriku. Sungguh, aku tak benani menatap wajah Yesung lagi.
“takut kenapa?” tanyanya lalu mengapit daguku dengan jari jempol dan telunjuknya. Seketika, posisi kepalaku tepat berhadap muka dengannya.
 “aku takut cintaku pergi.” Jawabku singkat dan kembali memalingkan wajah. “hiiks,..” sebuah isakan kecil lolos dari mulutku.
“I’ll always beside you. Don’t be afraid. Sunhyunie~ lihat aku.” Ia kembali menarik wajahku. Untuk kali pertama, ia menatapku seteduh ini.
“bagaimana kau bisa menepati janjimu?” tanyaku masih berlinangan air mata.
“aku akan selalu mencintaimu. Pakailah cincin ini.” Ia menyematkan cincin berwarna perak itu di jari manisku.
Chuu~
Ia mengecup lembut keningku yang tersibak poni. Jadi seperti ini rasanya,.?
***
“chagiya~...” sapa seseorang yang sangat tidak asing lagi bagiku. Dan dia menyapaku, ‘chagiya’?
“ha? Nugu? Naega?” tanyaku heran sambil menunjuk diriku sendiri.
“ne,  tentu saja. Tidak ada orang selain dirimu disini.” Ujarnya kemudian duduk disebelahku. “boleh aku tanya satu hal?” sambungnya setelah beberapa detik terdiam.
“ya. Apa yang ingin kau tanyakan?”
“kenapa kau suka duduk menyendiri disini?”
“karena tempat ini sepi. Jarang ada orang mampir kemari. Makanya aku suka.” Aku sedikit menggeser posisiku agar jarak duduk kami tak terlalu dekat.
“apa kau tidak kesepian?”
“.......” aku menunduk sedih. Aku benar-benar tak tau apa yang harus kukatakan.
“geumamhae. Abaikan ucapanku barusan.” Ucap Yesung dengan nada menyesal.
“Yesung-ya~ kenapa kau selalu mendekatiku akhir-akhir ini?”
“tuuuu.” Matanya mengarah ke jari manisku. Oh, ternyata karena cincin yang tersemat ini. “karena sekarang kau yeojachingu-ku.” Jawabnya.
“apa orang berpacaran selalu pergi berdua?”
“tidak juga. Aku hanya merasa nyaman bila berada di dekatmu. Itu saja. Apa kau merasa terganggu dengan kehadiranku?”
“aniyo. Sama sekali tidak. Aku senang ada yang ingin berbicara denganku.”
‘Every single day I try. Jeongmal geoui da wasseo. We get closer to a good time. Silyeondeule Say goodbye o~’ ponselku berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menelepon, aku segera mengangkatnya.
“yeoboseyo,...nde, saya sendiri. Anda siapa ya?....tidak mungkin, Ya Tuhanku...”
Seluruh tenagaku menguap entah kemana. Aku terduduk lemas, menatap nanar kedepan. Berusaha untuk menahan butiran bening yang menggenang di rongga mataku.
“mwohaneungoya, Hyunnie?” tanya Yesung bingung.
“hiiks~ Siwon oppa,..hiks..” dua isakan tangis lolos. Air mata sudah tak bisa dibendung. Saat itu juga, aku bergerak memeluk pinggang Yesung. Dan itu membuatnya terkejut.
“apa yang terjadi? Choi Sunhyun, ada apa?”
“Siwon oppa~ dia, dia tewas..hiks..” aku membenamkan wajahku ke dada bidangnya. Seolah menyalurkan rasa sedihku padanya.
***
[Author POV]
Sudah 1 minggu sejak kematian Choi Siwon, kakaknya Sunhyun. Juga sudah 1 minggu juga Sunhyun tidak keluar rumah, tidak kuliah, tidak berbuat apa-apa selain meringkuk diam di pojok kamarnya. Meratapi takdir pahit yang menerpa hidupnya. Keadaannya menyedihkan, wajahnya pucat pasi, bibinya mengering hingga pecah-pecah, entah sudah berapa hari ia tidak makan. Tapi, bagaimana ia bisa meyuapi mulutnya sendiri jika untuk berdiripun saat ini ia tidak mampu? Setiap detik, setiap menit, setiap jam. Hanya air mata yang menemani waktu-waktunya. Menangisi sosok yang tidak akan pernah muncul dihadapannya lagi.Tapi, kenapa ia tetap menangis? Padahal sosok pria itu tak akan kembali karena tangisannya. Entah. Manusia memang aneh.
“Took~ Took..” suara ketukan pintu memecahkan keheningan.
“maa...suuuk..” Sunhyun mengizinkan orang yang berada di balik pintu untuk masuk.
KLEEK
Sedetik kemudian, muncullah sesosok pria bersurai merah dari balik pintu itu. Wajahnya terlihat sangat gembira, namun ekspresinya berubah 3600 saat melihat kondisi Sunhyun yang sangat kacau.
“Ya tuhan~... apa yang terjadi denganmu, chagiya?” tanya Yesung –pria itu- sambil meletakkan kotak berisi makanan yang dibawanya dan segera menghampiri Sunhyun yang terduduk lemah di lantai.
“aniya,..” jawab Sunhyun dengan sisa tenaga yang ada.
“apa kau sudah makan? Mau makan denganku?” tanya Yesung –lagi-
“tidak usaah..aku kehilangan selera makanku...aku tidak mau makan...”
“sudah berapa hari kau duduk disini?”
Sunhyun mengisyaratkan angka empat.

“ayo, buka mulutmu. Makanlah, ini bubur enak. Aaa~” Yesung menyodorkan sesendok makan bubur pada mulut Sunhyun. Namun mulut gadis 23 tahun itu tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda ia akan membuka mulutnya. “kajja, bubur ini sangat enak.” Rayu Yesung untuk kesekian kalinya.
“Yesung, kau mencintaiku?” tanya Sunhyun tiba-tiba.
“eh?....ya. tentu saja, aku sangat mencintaimu.”
“kau akan melakukan apa saja asalkan aku bahagia kan?” Yesung meletakkan sendok berisi bubur itu ke mangkuk kembali. Detik ini, perkataan Sunhyun mengalihkan perhatiannya. “ne, apa yang kau mau?”
“izinkan aku bunuh diri. Itu akan membuatku bahagia.”
“tidak. Tidak bisa. Aku tidak akan mebiarkanmu bunuh diri. Tidak boleh dan tidak bisa.”
“apa kau lebih memilih aku mati perlahan karena sakit hati?”
“...” Yesung diam. Salah bicara sedikit saja bisa berakibat fatal.
“hmm..” Sunhyun bergumam. Kemudian, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan gontai keluar kamar.
“Yak! Kau mau kemana?” tanya Yesung setengah berteriak.
PRAANG!!
Terdengar suara benda pecah belah dari dapur. Kontan, Yesung yang masih berpikir diam sambil memegang mangkuk berisi bubur langsung menghambur ke asal suara.
“Tidak, Sunhyun. Jangan lakukan itu.” Ucap Yesung berusaha mencegah benda tipis berbahan besi itu –pisau- melukai pergelangan tangan Sunhyun.
“Jangan paksa aku untuk tidak melakukan ini. Menjauhlah dariku. Biarkan aku mati!!” Sunhyun beringsut mundur dan terus mendekatkan pisau dapur itu ke tangannya.
Satu...
Dua...
Tiga...
“selamat tinggal, Yesung. Aku tidak akan melupakanmu. Hiyaaaa~~!!!!” Gadis itu menghunuskan pisau itu ke tangannya.
“ANDWAAAAAEEEEE!!!!” Yesung berlari secepat mungkin berusaha mengalahkan kecepatan pisau itu. 
Dan..
CLAAAP!!
BRUUUUK!!
Yesung jatuh dengan suara debuman yang cukup keras. Pisau itu, ya. Pisau itu tertanam rapi di punggungnya. Detik selanjutnya, darah segar yang cukup banyak mulai menghiasi pakaian yang ia kenakan.
“k...kau...tid..ak...boleh....ma..ti..chag...” ucapan Yesung menggantung. Detik itu juga, matanya mulai tertutup. Dan itulah akhir riwayat seorang Kim Yesung...
“YESUUUUUUNG!!!” Sunhyun berteriak sejadi-jadinya melihat namjachingu-nya terbaring tak berdaya oleh ulahnya sendiri. “Yesung, ireonna! Ireonna! Nal tteonaji mara (jangan tinggalkan aku) Yesung~ Tidak! Kau tidak boleh mati!” Sunhyun mengguncang-guncang tubuh Yesung yang mulai kaku. Namun tak ada reaksi.
“Aaaakh!!” Ia mencabut pisau yang menancap itu, menyisakan luka tusuk yang cukup dalam. Sunhyun menatap pisau penuh darah itu dengan nanar. Dengan sendirinya, air mata turun. Membasahi pipinya. 
***
Bau busuk menyeruak mengisi seluruh ruangan redup itu. Membuat tak ada satupun celah untuk mengirup udara segar. Selangkah demi selangkah, orang itu maju perlahan kearah sebuah benda yang samar-samar seperti manusia yang sudah tak bernyawa. “astaga!” orang itu terlonjak kaget. Tak lama, ia menemukan selembar kertas yang ditulis dengan pulpen merah. Isinya;
pertama, aku ingin minta maaf pada Yesung; karenaku, ia tewas. Siwon oppa; karena aku tidak bisa menjadi adik yang baik. Dan juga untuk semua orang, aku minta maaf atas kesalahanku yang disengaja maupun tidak.  Kekuatan yang telah membuatku tetap hidup sudah sirna. Semangatku untuk melanjutkan napas sudah tidak ada. Kurasa inilah jalan terbaik untukku. Mati dengan cara seperti ini. Aku tau, ini menyalahkan takdir. Tapi untuk satu alasan, aku tidak bisa melanjutkan hidup. Aku tidak bisa berlama-lama seperti ini. Aku telah mengakhiri semua ini. Tidak akan ada lagi kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan. Untuk orang yang kutinggalkan, kuharap kalian semua tidak ada dendam padaku. Kumohon maafkan aku.
-Wanita yang hidupnya menyedihkan, Choi Sunhyun-“
“kenapa seperti ini, hmm?” orang itu –detektif bernama Lee Donghae- menyalakan saklar lampu. Sekarang, tubuh Sunhyun yang dipenuhi oleh belatung itu terekspos jelas didepan Donghae. Sejenak ia bergidik ngeri. Kemudian ia merogoh sesuatu di sakunya.
“yeoboseyo, Inspektur Leeteuk,...aku menemukan mayat disini...namanya Choi Sunhyun, adik dari pria bernama Choi Siwon yang tewas akibat tertabrak mobil sebulan yang lalu itu,....kurasa ia sudah tewas lebih dari seminggu yang lalu...tidak, ini murni bunuh diri.....aku bisa pastikan itu. Ia tewas bunuh diri....ia meninggalkan selembar pesan...disekitarnya terdapat sebotol obat penenang dan pisau yang ujungnya ada bercak darah. Lantainya juga ada beebrapa tetes darah mengering....ne, arraseo.”
Piip. Donghae memutuskan sambungan telepon.
“hmmm,..” Donghae menggumam sejenak memperhatikan mayat busuk didepannya. Ia sama sekali tidak merasa jijik dengan ribuan belatung yang hinggap di tubuh itu.
Malam kembali senyap.
 

=m=
Menurutku, hidup adalah ujian. Ujian yang sangat sulit. Aku butuh bantuan. Tapi, semua bantuan itu hilang. Aku tidak lagi memiliki opsi selain mati dengan cara seperti ini. Jika dibandingkan sengan seekor semut kecil, mungkin posisi kami sama. Sama-sama tidak ada artinya. –Choi Sunhyun.
 
Hidup. Sebuah kata sederhana namun memiliki arti besar. Aku mencintaimu, Sunhyun. Aku mencintaimu melebihi rasa cintaku pada diriku sendiri. Aku akan membuatmu tetap hidup walau t`ruhannya nyawaku sendiri. Dan aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika kau mati disaat belum seharusnya kau mati. –Kim Yesung.
-The End-
Fiiuh *lap keringet* akhirnya, setelah 3 hari berkutat dengan MS Word, selesai juga ni FF *Yee~ prok prook* saya ingatkan: jika anda hanya memberikan jempol, tidak memberi komentar, lebih baik tidak usah. Yang saya butuhkan hanyalah komentar membangun, kritikan dan saran. Tolong hargai saya, berlelah-lelah mengetik, muter otak cari inspirasi, menyita sebagian waktu. Apa itu pantas?? Saya tidak peduli berapa banyak jempol yang saya terima. Yang saya butuhkan hanya ‘r-ead and r-eview’ jika tidak ingin membaca, anda tinggal hapus link ini.
Hueheh, mian kalo aku terlalu galak.. R&R SANGAT diperlukan J

DAEBAKK!!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar