Title: Dilemma
Author: @Fifi_CloELF
Rating: T
Genre: family, genderflip & angst *maybe?*
Cast: Kim Jongwoon
Kim Ryeowook as Jung Seowook
(finally, back to Kim Ryeowook)
And others,..
Note: Ini adalah FF TERBURUK yang pernah saya buat. Jadi maklumilah jika banyak miss typo. Saya sungguh minta maaf kalau ceritanya tidak memuaskan, jelek, atau apalah. Tolong dimaklumi. Saya author baru T_T I Need RCL~
[Yesung POV]
Who my family? Pertanyaan itu terus hinggap
dikepalaku. Aku tidak pernah merasakan rasanya punya orang tua. Mungkin orang
tua-ku meninggal sesaat setelah aku lahir. Atau, aku anak yang tiba-tiba jatuh
dari langit? Haduuh, apa ini negeri antah-berantah, hah? Pikiranmu kekanakan
sekali, Kim Jongwoon.
“Chingudeul! Aku minta
perhatiannya sebentar. Besok ada rapat yang diadakan songsaengnim Park. Tolong
beritahu orang tua kalian untuk datang jam 10 pagi. Gamsahamnida.” Kata si president
class, Kim Heechul.
ZLEEB!
Kepada siapa akan kuberitahu
ini? Orang tua? Orang tuaku mana? Siapa?
Segera saja kukejar namja
bernama Heechul itu, menahan bahunya untuk berbicara padanya.
“Oh, Jongwoon-sshi. Mwohaneungoya?”
tanyanya dengan senyum ramah. Seharusnya aku senang dapat senyuman ‘manisnya’
tapi entah kenapa hatiku sesak sekali.
“jika tidak ada orang
tua, aku dengan siapa?”
“mianhae, aku tidak tau.
Kau bisa tanya sendiri pada songsaengnim Park.” Katanya seraya membungkuk kecil
padaku. Lalu pergi.
-
Kim Sungchan. Nama yang
diberikan panti asuhan untukku. Sekarang namaku berganti menjadi Kim Jongwoon.
Nama itu diberikan orang tua angkatku ketika aku mulai diadopsi. Sekarang, aku
tinggal sendirian. Orang tua angkat itu sejak awal memang tidak menyukaiku.
Mereka hanya mengasuhku untuk dijadikan wadah memuaskan penyakit mereka,
pedofilia. Aku tidak mau diperlakukan tidak adil seperti itu. My God, help me.
Hanya foto ini kenangan manisku. Sebuah foto dimana ada 2 orang anak kembar.
Satu aku, satunya adik yeoja-ku. Entah pergi kemana dia sekarang. Aku hanya
tahu namanya. Kim Ryeowook. Kapan aku bisa bertemu dengannya?
Suatu hari,..
“annyeong haseyo, namaku
Jung Seowook. Aku pindahan dari JYP Art high school. Semoga aku bisa berteman
baik dengan kalian semua.” Sapa murid baru bernama Jung Seowook. Yeoja termanis
yang pernah kulihat. Namun, dibalik kemanisan parasnya, aku melihat rasa sakit
yang amat sangat dalam. Ya!! Kau sok tahu sekali, Jongwoon!!
“ok, Jung Seowook.
Silahkan duduk disebelah Kim Jongwoon.” Kata Songsaengnim seraya menunjuk
kearahku. Kearahku?
KEARAHKU?
Jadi, aku duduk sebangku
dengannya? Hehe, akhirnya keinginanku tercapai juga.
“annyeong haseyo. Namaku
Jung Seowook. Senang berkenalan denganmu.” Sapanya setelah duduk disebelahku.
“annyeong. Namaku Kim
Jongwoon. Senang berkenalan denganmu juga.” Balasku senormal mungkin. Karena
yeoja ini sangat manis.
“boleh aku menjadi
temanmu?”
“chingu? Kau mau jadi
temanku? Jinjja?”
“ne. Why not?”
“ok, setuju.”
-
KRIING~
Bel istirahat berbunyi.
Satu persatu murid meninggalkan kelas. Tidak terkecuali aku. Aku juga keluar.
Tapi, bukan untuk mengisi perut yang mulai berdemo karena sejak kemarin sore aku
belum makan. Melainkan pergi ke kelas musik untuk bermain piano.
neoreul gidaryeo sesangi kkeutnal ttaekkaji
neol gidaryeo unmyeongi mageul geu sungankkaji
ijen naega neoege modu jul su inneunde
naegero dagaol su eomni sojunghan nae saram
neol gidaryeo unmyeongi mageul geu sungankkaji
ijen naega neoege modu jul su inneunde
naegero dagaol su eomni sojunghan nae saram
#np: Waiting for
you-Yesung
“nugu?” tanyaku tiba-tiba
tanpa menoleh kearah pintu. Aku bisa merasakan ada seseorang yang melihat diam-diam
diluar sana.
“mianhae. Aku
mengganggumu, Jongwoon-sshi.” Suara ini?
Ah! Aku tau. Dia Seowook.
“gwenchanna. Mau
bergabung?” kataku ramah yang sudah menoleh kearahnya.
“aku, aku tidak bisa main
piano. Hajiman, aku bisa bermain biola.” senyum manis seketika mengembang
diwajahnya. “tapi, apa disini ada biola?”
“haha, tentu saja ada.
Tuh, dipojok sana. Jangan ambil yang berpeti putih. Yang itu hanya songsangnim Lee
yang boleh mamainkannya.”
Sejak saat itu, aku
berteman baik dengan yeoja bernama Jung
Seowook itu. Tapi, setiap bersamanya aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan
jantungku. Seperti, berdebar-debar. Tapi, kenapa?
+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-
“Jongwon-sshi, boleh aku
kerumahmu?” seseorang mengagetkanku dari belakang. Ish, yeoja ini –Seowook-
selalu saja membuatku kaget.
“kerumahku? Kapan?”
“tentu saja sekarang.
Kapan lagi?” aduuh, dia selalu tersenyum dihadapanku. Kau membuatku meleleh...
“sekarang? Ah, ak-aku..”
bagaimana boleh ada orang yang mengunjungi gedung tua nan menyeramkan itu.
Apalagi yeoja seperti dia. Dia tidak boleh tau aku tinggal di gedung itu. “aku
tidak bisa.” Lanjutku setelah terdiam lama.
“kenapa? Apa kau belum
beres-beres? Tenang saj..” ucapannya terhenti karena telunjukku mengunci
pergerakan bibirnya.
“mianhae. Tapi, aku
benar-benar tidak bisa, Seowook-ya.”
“ba, baiklah. Aku
mengerti.”
+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-
Entah sudah berapa puluh
kali Seowook memintaku untuk mengizinkannya berkunjung kerumahku. Tapi aku
selalu mengelak dengan berbagai dalih. Aku hanya tidak mau ada orang yang pergi
ke tempat berbahaya itu.
“Yesung-ya. Jebal, kali
ini izinkan aku kerumahmu. Aku tidak akan berbuat macam-macam kok. Percayalah
padaku.” Haha, sekarang dia memanggilku Yesung.
“Yesung? Namaku Kim
Jongwoon.”
“arraseo. Tapi kurasa kau
juga cocok dengan nama itu karena suaramu seperti malaikat dari surga yang
nyasar ke Seoul.” Katanya setengah bercanda.
Beberapa menit selanjutnya,
kami berdua hanyut dalam candaan ringan. Sampai dari mulutnya terlontar sebuah
kalimat yang membuatku tersentak.
“kau punya orang tua?”
“kurasa semua anak punya
orang tua. Jika tidak, bagaimana mereka lahir ke dunia?”
“haha, bukan itu maksudku
-,-. Tapi, apa kau pernah bertemu dengannya?”
“belum.” Jawabku singkat
lalu menundukkan kepala dan menatap lantai putih dibawahku.
“seharusnya ka...”
kalimatnya terhenti karena—
KRIING~
Bel masuk berbunyi. Semua
murid mulai berlarian menuju kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
1 tahun kemudian..
Aku
dan Seowook semakin akrab. Haha, of course. Bahkan sekarang aku sudah resmi menjadi
pacarnya. Tapi, setiap bertemu dengan yeoja bermarga Jung itu, serasa ada yang
mengganjal di hatiku.
“ya,
chagiya. Apa kau melamun?” sebuah suara tenor mengagetkanku. Kalian pasti tau siapa
itu -,-
“Seowook-ah!
Bisakah sehari saja kau tidak mengagetkanku?” yaah~ sepertinya dia memang punya
kebiasaan yang sama denganku, suka membuat siapa saja kaget. Pernah suatu kali
saat berjalan-jalan ditaman kota, aku melihat seekor anjing yang tengah pup di
rumput. Dan apa yang terjadi?
Aku
menghentakkan kaki dan anjing itu langsung berlari menjauhiku dengan pup yang
masih menyangkut disana. Huahahahakk!
“aku
merindukan kakakku.” Katanya tiba-tiba.
“memangnya
dia kemana?”
“waktu
itu, saat dipanti asuhan, ada sepasang suami-istri yang mengambil kakakku
sebagai anak angkat mereka. Padahal, aku kan juga ingin punya orang tua angkat.
Tapi mereka terus bersikeras untuk tidak mengambilku. Dan kakakku dibawa pergi
orang itu. Sampai sekarang, aku masih tidak tahu keadaannya sekarang. Entah
masih bernapas atau tidak.” Air mata menggenang di rongga matanya. Siap jatuh
dan membasahi pipi yang merona itu.
“sabarlah.
Siapa tahu Tuhan membawa kakakmu itu kembali padamu. Ok..” balasku lalu
mengusap air mata yang masih berupa danau mungil di mata itu.
“gomawo,
chagiya~..” balasnya lalu memeluk erat tubuhku dari samping. Andai saja saat
ini yang memelukku umma, poor Jongwoon..
“Suiit~
Suiiit~” seseorang bersiul dari belakangku. Sontak, Seowook melepas pelukannya
dan menoleh ke asal suara.
“Lee
Hyukjae!!” protes kami berdua kompak.
+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-
“eh, coba lihat. Ini foto kakakku dan aku.
Mirip tidak?” tanya Seowook tiba-tiba sambil memperlihatkan selembar foto yang
mirip dengan punyaku. Jadi? “dia lucu sekali.” Katanya lagi yang masih memegang
erat foto ditangannya. “chagiya? Kau kenapa?”
“aku?
Ah, ani. Gwenchanna. Eoh, umm, mianhae. Aku harus pergi. Tetaplah disini.
Jangan mengikutiku.” Ujarku lalu beranjak dari kursi dan meninggalkan Seowook
yang bingung.
Apa
benar dia adikkku? Tapi, kenapa wajahnya tidak mirip? Oh ya, nama yeoja itu kan
Jung Seowook. Nama adikku Kim Ryeowook. Kenapa? Ya Tuhan, aku sangat bahagia
bisa bertemu dengannya lagi. But, I LOVE SHE!! Aku terlanjur mencintainya.
Bukan sebagai kakak kepada adiknya, tapi sebagai pria kepada wanita. Bagaimana
ini? Aku tahu seorang kakak tidak bisa mencintai adiknya. Bukan cinta yang itu
yang kumaksud. Another love. Situasi sulit. It’s too cofused. I can’t choose.
My sister, or my girlfriend?
+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-
“Seowook-ah,
bisa bicara setelah pulang sekolah di halaman belakang?” kubuat nada bicaraku
tidak bergetar karena sekarang aku sangat ingin menangis.
“ha?
Jika mau bicara, sekarang saja.”
“tidak
bisa. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu. Kalau bisa, bawalah foto
itu. Tapi jika kau tidak mau juga tidak apa-apa.”
“shireo.
Aku takut foto itu hilang. Hanya itu satu-satunya gambaran wajah kakakku.” Ya
tuhan, aku tidak mampu menahan air mata ini lagi. Tidak bisa.
“Hhhoaaam~”
aku menguap lebar (yang sebenarnya berpura-pura) dan menutup wajahku dengan buku.
Crying.
^_^
“mianhae,
Yesung-sshi. Aku terlambat. Tadi ada sedikit masalah di kelas.” Kata Seowook
yang masih tergopoh berlari mendekatiku yang sedang duduk dibawah pohon maple
yang rindang.
“tidak
apa-apa.” Jawabku singkat lalu membuang muka ke arah pepohonan di depanku.
“Yesung-sshi.
Apa yang mau kau bicarakan, eoh??” tanyanya.
“it’s
too hard to say. But, I must tell to you.” Aku berhenti sejenak, lalu menghela
napas berat. Jebal, aku benar-benar tidak mau menyakitimu. “kita putus.” Kutengok
wajahnya, terkejut. Sangat terkejut. Aku melihat ekspresi marah, kesal, sedih,
terkejut. Semuanya bercampur menjadi satu. Detik selanjutnya, air matanya turun
menari-nari di pipi tirusnya.
Dia,
berlari meninggalkanku tanpa berkata sepatah kata-pun.
+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_+_-_+_-
Entah
sudah beberapa minggu aku tidak mengobrol dengan Seowook. Sekarang, dia tidak
lagi duduk disebelahku. Dia lebih memilih pindah tempat. Wajahnya masih
terlihat kecewa melihatku. Aku tidak tega melihatnya. Tapi, kapan aku
memberitahukan kebenarannya? Bahwa dia adalah adik dari seorang Kim Jongwoon?
Mungkin
ini saatnya. Aku berjalan pelan mendekati Seowook dengan foto terselip di saku
celana.
“ini.”
Kataku singkat seraya memperlihatkan foto itu padanya.
“eh?
Ini punyaku kan? Kenapa ada padamu?” tanyanya bingung tanpa melihat wajahku.
“karena
aku orang yang ada dalam foto itu.” Jawabku lalu memasukkan foto itu kembali ke
saku celanaku.
“impossible
you Kim Sungchan. Namamu Kim Jongwoon.” Dia berdiri mensejajarkan posisi denganku.
“kau
tau aku diadopsi orang itu. Namaku diubah. Sekarang namaku Kim Jongwoon. Tapi
dalam benakmu, aku tetap Kim Sungchan. Aku, kakakmu.”
Sedetik kemudian, aku menyadari dia memeluk
tubuhku sangat erat sampai membuatku sesak. Seolah tidak mau melepaskanku.
“hiiks~ oppa.” Dia menangis terisak. Keras
sekali. Aku berani bertaruh saat ini hidungnya merah.
Selama 30 menit, kami hanya berpelukan sambil
menangis. Terharu. Bertemu dengan saudara yang lama terpisah. Tapi, masih ada
yang janggal. Wajah Ryeowook berubah drastis.
“chagiya, wajahmu berubah?” tanyaku saat
sudah melapas pelukan.
“aah, wajah ini. Aku terpaksa harus dioplas
karena kecelakaan mobil. Wajahku terbakar. Dibeberapa bagian tubuhku juga masih
ada bekasnya..” terangnya masih dengan mata sembab.
“aku bahagia kita bisa bertemu lagi.” Tuturku
lalu mencium sekilas pipinya.
“aku mengerti kenapa kau mau putus.” Katanya kemudian
tersenyum tulus. Senyum yang kurindukan selama 11 tahun. Meskipun 1 tahun ini
aku selalu melihat senyumnya, tapi senyum yang ini begitu menenangkan hati.
Senyum yang kemarin adalah senyum yang kukenal sebagai senyum milik Jung
Seowook. Sedangkan yang ini adalah senyum adikku sendiri, Kim Ryeowook.
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar